Malam terasa tidak kunjung hilang,
Bagi tuan kesepian yang melamun sendirian.
Dia memikirkan banyak hal semenjak petang,
Bahkan sejak matahari masih bangga berkejaran dengan awan,
Bahkan sejak purnama masih pulas tidur dalam pangkuan dewi bulan,
Dab bahkan sejak bayangan bukan hal yang menakutkan.
Tuan kesepian berpikir-pikir seorang diri,
Kenapa khusus malam ini dia merasa kelewat melankolis dengan cara aneh dan tidak bisa dimengerti?
Semua berawal dari kejadian sore tadi,
Ketika dia memutuskan untuk berjalan-jalan sore melemaskan kaki.
Tuan kesepian selalu menyukai akhir pekan.
Akhir pekan selalu membuat dirinya merasa tenang.
Setelah sepanjang minggu hidupnya yang gila dan melelahkan,
Akhir pekan terasa seperti hadiah yang pantas dia perjuangkan mati-matian.
Biasanya dia selalu melewatkan akhir pekan di dalam ruangan,
Entah memainkan sesuatu atau mengundang teman-temannya untuk datang.
Untuk minggu ini tuan kesepian harus puas mengeluh pada diri sendiri,
Entah mengapa semua teman-temannya bersamaan memiliki acara yang harus dihadiri.
Ada yang mengantarkan ibunya membeli daging sapi,
ada yang harus membenarkan lubang kunci,
Bahkan ada yang harus mengantarkan adiknya membeli kelinci.
Tuan kesepian tidak tahu harus berkata apa lagi.
Jadi setelah telepon kelimanya tidak ada yang menanggapi,
Tuan kesepian memutuskan dia akan melewatkan waktunya seorang diri.
Dan langsung menolak ajakan bibinya untuk memanen brokoli.
Bagi tuan kesepian berkebun bukanlah cara efektif untuk menghibur diri.
Apalagi tuan kesepian memiliki kecurigaan tersendiri bahwa bibinya memiliki maksud tersembunyi.
Minggu lalu bibinya bertanya apakah dia mengenal gadis yang memiliki dua buah lesung pipi.
Alih-alih menanggapi si bibi,
Tuan kesepian memutus telepon dan berdalih ada pekerjaan yang menanti.
Jadi di sinilah dia,
Setelah mengalami minggu yang penuh drama,
antara pekerjaan dan usaha perjodohan bibinya yang sia-sia,
Mengamati seekor kucing diusap kepalanya.
Dan si kucing menatapnya curiga,
Seolah mempertanyakan apakah dia ingin diusap kepalanya juga.
Tiba-tiba tuan kesepian menyadari bahwa selain neneknya,
Hanya ayah dan ibunya-lah yang pernah mengusap kepalanya.
Di sini dia kembali memelototi si kucing yang terlihat puas luar biasa.
Setidaknya si kucing punya seseorang yang menyayanginya.
Apakah ada yang mencintai tuan kesepian selain keluarga dan teman-temannya ?
Tuan kesepian bangkit berdiri.
Si kucing masih terus mengamati.
Akan tetapi tuan kesepian memutuskan untuk tidak merasa peduli,
Sambil berkata di dalam hati bahwa dalam hal ini anjing terlihat lebih bisa memahami.
Memahami perasaannya yang masih saja sedingin pegunungan salju abadi.
Tuan kesepian meneruskan berjalan-jalan.
Di ujung persimpangan dia melihat dua anak kecil sedang berboncengan.
Satu anak laki-laki sedangkan yang lainnya anak perempuan.
Astaga, mereka bahkan masih ingusan !
Sampai poin ini, tuan kesepian merasa semakin tertekan.
Tuan kesepian berhenti di sebuah kedai kopi.
Dia lelah dan ingin memesan secangkir teh melati.
Seorang wanita gemuk berwajah ramah menyambutnya dengan senang hati.
Kedai itu sepi dan beraroma teh, kopi, mentega dan roti.
Untuk pertama kalinya dalam sesore ini,
Tuan kesepian merasa bahagia kembali.
Kemudian pesanannya tiba.
Seorang laki-laki bercelemek-lah yang membawakannya.
Laki-laki itu juga ramah dan terus berkata bahwa semua roti di sini adalah buatan istrinya.
Laki-laki bercelemek itu terdengar sangat bangga sekaligus gembira.
Tuan kesepian membatin betapa bahagianya apabila istrinya pandai membuat roti juga.
Perasaan tuan kesepian kembali merana.
Setelah menghabiskan makanan dan minumannya,
Tuan kesepian memutuskan untuk pulang ke apartemennya.
Kendati minggu ini tidak terlalu menyenangkan baginya,
Tetap saja dia berpikir ulang mengenai hidupnya.
Apa yang selama ini membuatnya bahagia ?
Apa yang sejujurnya ia inginkan dalam hidupnya ?
Dan dia mulai memahami sudut pandang bibinya.
Tuan kesepian tahu bahwa dia telah dewasa.
Setelah mencuci kaki dan menggosok giginya,
Tuan kesepian memutuskan untuk menelepon bibinya.
Dia berkata akan datang besok pagi untuk memanen brokoli.
Dan apabila bibinya membawa seorang gadis dengan dua lesung pipi,
Tuan kesepian tahu bahwa kemampuannya berbasa-basi tidak diragukan lagi.
Lagipula siapa tahu si gadis pandai membuat roti.
Depok, 31 Maret 2013