Monthly Archives: March 2013

tuan kesepian berkontemplasi

Malam terasa tidak kunjung hilang,
Bagi tuan kesepian yang melamun sendirian.
Dia memikirkan banyak hal semenjak petang,
Bahkan sejak matahari masih bangga berkejaran dengan awan,
Bahkan sejak purnama masih pulas tidur dalam pangkuan dewi bulan,
Dab bahkan sejak bayangan bukan hal yang menakutkan.

Tuan kesepian berpikir-pikir seorang diri,
Kenapa khusus malam ini dia merasa kelewat melankolis dengan cara aneh dan tidak bisa dimengerti?
Semua berawal dari kejadian sore tadi,
Ketika dia memutuskan untuk berjalan-jalan sore melemaskan kaki.

Tuan kesepian selalu menyukai akhir pekan.
Akhir pekan selalu membuat dirinya merasa tenang.
Setelah sepanjang minggu hidupnya yang gila dan melelahkan,
Akhir pekan terasa seperti hadiah yang pantas dia perjuangkan mati-matian.
Biasanya dia selalu melewatkan akhir pekan di dalam ruangan,
Entah memainkan sesuatu atau mengundang teman-temannya untuk datang.

Untuk minggu ini tuan kesepian harus puas mengeluh pada diri sendiri,
Entah mengapa semua teman-temannya bersamaan memiliki acara yang harus dihadiri.
Ada yang mengantarkan ibunya membeli daging sapi,
ada yang harus membenarkan lubang kunci,
Bahkan ada yang harus mengantarkan adiknya membeli kelinci.
Tuan kesepian tidak tahu harus berkata apa lagi.
Jadi setelah telepon kelimanya tidak ada yang menanggapi,
Tuan kesepian memutuskan dia akan melewatkan waktunya seorang diri.
Dan langsung menolak ajakan bibinya untuk memanen brokoli.
Bagi tuan kesepian berkebun bukanlah cara efektif untuk menghibur diri.
Apalagi tuan kesepian memiliki kecurigaan tersendiri bahwa bibinya memiliki maksud tersembunyi.
Minggu lalu bibinya bertanya apakah dia mengenal gadis yang memiliki dua buah lesung pipi.
Alih-alih menanggapi si bibi,
Tuan kesepian memutus telepon dan berdalih ada pekerjaan yang menanti.

Jadi di sinilah dia,
Setelah mengalami minggu yang penuh drama,
antara pekerjaan dan usaha perjodohan bibinya yang sia-sia,
Mengamati seekor kucing diusap kepalanya.
Dan si kucing menatapnya curiga,
Seolah mempertanyakan apakah dia ingin diusap kepalanya juga.
Tiba-tiba tuan kesepian menyadari bahwa selain neneknya,
Hanya ayah dan ibunya-lah yang pernah mengusap kepalanya.
Di sini dia kembali memelototi si kucing yang terlihat puas luar biasa.
Setidaknya si kucing punya seseorang yang menyayanginya.
Apakah ada yang mencintai tuan kesepian selain keluarga dan teman-temannya ?

Tuan kesepian bangkit berdiri.
Si kucing masih terus mengamati.
Akan tetapi tuan kesepian memutuskan untuk tidak merasa peduli,
Sambil berkata di dalam hati bahwa dalam hal ini anjing terlihat lebih bisa memahami.
Memahami perasaannya yang masih saja sedingin pegunungan salju abadi.

Tuan kesepian meneruskan berjalan-jalan.
Di ujung persimpangan dia melihat dua anak kecil sedang berboncengan.
Satu anak laki-laki sedangkan yang lainnya anak perempuan.
Astaga, mereka bahkan masih ingusan !
Sampai poin ini, tuan kesepian merasa semakin tertekan.

Tuan kesepian berhenti di sebuah kedai kopi.
Dia lelah dan ingin memesan secangkir teh melati.
Seorang wanita gemuk berwajah ramah menyambutnya dengan senang hati.
Kedai itu sepi dan beraroma teh, kopi, mentega dan roti.
Untuk pertama kalinya dalam sesore ini,
Tuan kesepian merasa bahagia kembali.

Kemudian pesanannya tiba.
Seorang laki-laki bercelemek-lah yang membawakannya.
Laki-laki itu juga ramah dan terus berkata bahwa semua roti di sini adalah buatan istrinya.
Laki-laki bercelemek itu terdengar sangat bangga sekaligus gembira.
Tuan kesepian membatin betapa bahagianya apabila istrinya pandai membuat roti juga.
Perasaan tuan kesepian kembali merana.

Setelah menghabiskan makanan dan minumannya,
Tuan kesepian memutuskan untuk pulang ke apartemennya.
Kendati minggu ini tidak terlalu menyenangkan baginya,
Tetap saja dia berpikir ulang mengenai hidupnya.
Apa yang selama ini membuatnya bahagia ?
Apa yang sejujurnya ia inginkan dalam hidupnya ?
Dan dia mulai memahami sudut pandang bibinya.
Tuan kesepian tahu bahwa dia telah dewasa.

Setelah mencuci kaki dan menggosok giginya,
Tuan kesepian memutuskan untuk menelepon bibinya.
Dia berkata akan datang besok pagi untuk memanen brokoli.
Dan apabila bibinya membawa seorang gadis dengan dua lesung pipi,
Tuan kesepian tahu bahwa kemampuannya berbasa-basi tidak diragukan lagi.
Lagipula siapa tahu si gadis pandai membuat roti.

Depok, 31 Maret 2013

Leave a comment

March 31, 2013 · 4:02 pm

segitiga dan lingkaran sempurna

 

Bukankah kau pernah berkata, 

Lingkaran sempurna adalah bentuk yang selalu membuatmu bahagia ? 

Katamu lingkaran selalu kau asosiasikan dengan rasa gembira. 

Karena tentu saja, donat keju favoritmu memiliki bentuk yang sama. 

Begitu juga bantal biru yang ada di samping jam beker berbentuk kura-kura. 

Harus kuakui aku bahkan tidak memikirkan ini sebelumnya. 

 

Entah mengapa lingkaran sempurna terasa agak menakutkan. 

Berbentuk melingkar dengan ujung yang tidak bisa kau perkirakan. 

Jadi tentu saja aku tidak tahu rasa bahagia mana yang selalu kau asosiasikan dengan lingkaran. 

 

Sejujurnya untuk saat ini, 

kalau kupikir-pikir dan kulihat lagi. 

Hidupku dulu adalah asosiasi dengan segitiga sudut mati. 

Tiga sudut tajam yang saling terkait dan mengamini. 

Bagiku hidup adalah rangkaian sebab-akibat yang pasti. 

Oleh karena itu, bentuk segitiga adalah asosiasi yang paling mendekati. 

 

Tentu saja itu dulu. 

Sebelum aku mengenal donat rasa keju, 

Sebelum aku mendapatkan bantal berwarna biru, . 

Sebelum aku menyukai setengah lengkung lingkaran di wajahmu, 

Sebelum aku mengenal setiap ekspresi bahagiamu, 

dan tentu saja sebelum aku,

 jatuh cinta padamu. 

 

Tentu saja semua berakhir dengan hasil yang tidak pernah kuduga. 

Saat ini sudut tajam segitiga tidak lagi mengait dengan cara yang sama. 

Bahkan konsep sebab-akibat tidak lagi terasa nyata. 

Karena entah mengapa, 

saat ini duniaku adalah lingkaran sempurna. 

Aku berputar bahagia di dalamnya, 

dengan kau yang tertawa sebagai orbitnya. 

 

Depok, 24 Maret 2013

Leave a comment

Filed under poem

b-a-h-a-g-i-a

Bahagia,
Hanya satu kata,
cuma gabungan beberapa huruf saja,
Tapi bagiku punya efek yang tidak sederhana.

Bahagia,
Rangkaian b-a-h-a-g-i-a yang rukun bekerja sama,
Tidak mungkin sendirian saja.
Lagipula aneh kan kata bahagia tanpa huruf “A” ?

Jadi sore ini,
Aku hanya ingin sedikit berbagi.
Bahwa kata “bahagia” itu sederhana,
Tapi berdampak luar biasa.
Misal aku yang berbunga-bunga,
Dan aku yang menulis ini dengan bibir melengkung sempurna.

Bahagia,
Adalah perasaan yang tidak bisa kau hiraukan saja.
Seperti perasaanmu ketika menaiki sepeda pertama kalinya,
Atau perasaanmu ketika mendapat hadiah di ulang tahun kelima.
Atau perasaanku ketika untuk yang pertama,
Kau menggunakan kata “kita” ketika berbicara tentang cita-cita.

Depok, 22 Maret 2013

Leave a comment

March 22, 2013 · 10:32 am

nona sendirian sedang merana

Nona sendirian berbaring di kamar sendirian,
Memandangi langit-langit yang berwarna kebiruan,
Mendengarkan suara percakapan dari sebelah ruangan.

Nona sendirian sedang merasa kesepian.
Tidak ada satupun yang menarik untuk dilakukan.
Dia baru saja kembali dari perjalanan.
Perjalanan yang membuatnya bertanya-tanya tentang kesendirian.

Nona sendirian berbaring miring,
Menatap seekor cicak yang merayap di dinding.
Terus memperhatikan hingga datang seekor cicak berdua berjalan beriring.

Nona sendirian tiba-tiba merasa merana,
Menyadari bahwa semua hal di dunia diciptakan berdua-dua.
Bahkan kedua ekor cicak sekarang tampak bahagia.
Satu mengejar, yang lain menangkap nyamuk riang gembira.

Nona sendirian mengedarkan pandang.
Tertangkap olehnya pakaian yang tergantung di pojok ruangan.
Jins hitam dan kemeja putih tergantung bersamaan.
Bahkan pakaian pun tidak mungkin dipakai sendirian.

Nona sendirian tiba-tiba merasa sedih luar biasa.
Semua hal di sekitarnya seakan mengejeknya.
Nona sendirian merasa malam panjang tidak ada ujungnya.

Depok, 13 Maret 2013

Leave a comment

March 13, 2013 · 2:09 pm

ingatan

Ingatan, seperti halnya kenangan, memiliki 2 hal yang mau tak mau tidak bisa terpisahkan. Beberapa ingatan akan segera memudar seiring berjalannya waktu. Beberapa ingatan, akan tetap berada di sana, si sudut-sudut terjauh dirimu dan berubah menjadi kenangan, entah menyenangkan atau tidak.
I
ngatan yang menetap itu akan tetap segar dan tajam, bahkan akan berubah menjadi lebih jelas detail-detailnya, yang terkadang membuatmu bersyukur bahwa kau memilikinya. Masalahnya adalah terkadang juga kau tidak menyukai ingatan yang ada di kepalamu, karena entah mengapa, ingatan yang setajam silet itu terasa menyakitkan, seakan membelah jiwamu menjadi sejuta kepingan ketika kau sedang terlalu lelah untuk tidak mencoba mengingatnya.

Ingatan yang menetap yang bisa juga kau sebut dengan kenangan, bisa juga menjadi anugerah terbesar untukmu, alasan terkuatmu untuk terus menyimpannya di dalam dirimu, di dalam hatimu.
Akan tetapi beberapa ingatan yang menetap itu juga bisa bermanifestasi menjadi mimpi burukmu, yang tidak bisa kau lupakan, apalagi kau enyahkan.

Jadi untukmu yang memiliki ingatan dan kenangan, sebaik atau seburuk apapun itu, kurasa kau hanya perlu menyimpannya di tempat yang aman di dalam dirimu. Yah, sesekali kau bisa membukanya, dan apabila kau bisa tertawa bahagianya karenanya, berterimakasihlah. Apabila yang terjadi sebaliknya, kau bisa menjadikannya pelajaran yang teramat berharga untukmu dan kau bisa berjanji pada dirimu sendiri untuk tidak mengulanginya di lain hari.

Depok, 12 Maret 2013

Leave a comment

March 12, 2013 · 1:58 am

catatan 7

Malam ini aku ingin menulis sesuatu.
Aku ingin melakukannya sebelum naik ke tempat tidurku.
Akan tetapi jika kau ingin memprotesku,
dan berkata bahwa seakan aku tidak melakukannya sepanjang waktu,
Yah kurasa harus kuhargai pendapatmu.
Menulis memang telah menjadi bagian dari diriku.
Tidak lagi bisa terpisahkan.
Seperti ikal kecil di ujung rambutku,
ataukah kata-kata yang berputar di dalam kepalaku sepanjang waktu.

Dan malam ini tidak berbeda.
Aku hanya ingin menulis sesuatu, itu saja.
Dan jujur saja aku tidak memiliki sebuah tema.
Aku hanya mengetik di handphone-ku sembari memikirkan kata-kata berikutnya.

Jadi sekarang aku hanya sedang memikirkan ini,
Warna hijau dan biru bukanlah ide untuk warna kombinasi.
Penutup tempat tidurku berwarna hijau sedang dinding kamarku biru mati.
Bukan warna yang bisa menentramkan hati.
Ah ya, sampai di mana aku tadi?
Aku bahkan tidak percaya aku sedang bercerita tentang warna dinding dan sprei.
Seolah tidak ada hal lain lagi.

Jadi pada akhirnya aku naik ke tempat tidurku.
Masih mengetik di handphone-ku dan memikirkan betapa anehnya puisiku.
Akan tetapi kalau dipikir-pikir kurasa itulah diriku.
Saat ini aku benar-benar bercerita apa yang ada di dalam kepalaku.
Kalau kau berpendapat seharusnya aku menulis hal yang lebih bermutu,
Yah kusarankan sampai di sini saja kau membaca puisiku.
Karena sejujurnya semakin ke bawah akan terbaca semakin ambigu.

Kemudian aku mulai memikirkan ini,
Bukankah menurutmu hari terlalu cepat berganti?
Dan tiba-tiba saja semua tak sama lagi.
Yang tidak berubah hanyalah hujan sepanjang hari.
Tapi hidupku, dan juga diriku, aku tahu semuanya berganti.

Pernahkah kau memikirkannya,
Bahwa kau berusia lima terasa seperti hari kemarin saja ?
Dan tiba-tiba saja kau sudah dewasa?
Seakan waktu mencurangimu dengan cara yang luar biasa.

Aku bertambah dewasa, begitu pula kau juga.
Ataukah pada bagian ini kau hanya bertambah tua ?
Definisi dewasa dan menua jelas-jelas berbeda.
Menua mengurangi sisa hidupmu di dunia,
Sedangkan dewasa berhubungan dengan bagaimana caramu mengatasi segalanya.
Termasuk caramu mengatasi fakta bahwa kau memang menua.
Hanya saja terkadang aku merasa bahwa aku masih sama seperti berusia lima.
Sementara keesokan harinya tiba-tiba saja aku merasa begitu tua.

Aku bahkan tidak tahu mengapa tema puisi ini menjadi semacam kontemplasi.
Tapi sudahlah, kurasa dengan begini aku akan semakin memahami,
Bahwa terkadang ada hal-hal yang tidak bisa kau jawab seorang diri.
Termasuk mengapa warna hijau tidak cocok dengan warna biru mati.
Dan apakah kau bertambah dewasa atau hanya menua saja esok hari.

Demikian puisiku malam ini.
Agak berat ya, tanpa unsur hiburan sama sekali.
Tapi kuharap kau menikmati semua ini.
Karena yah, seperti yang pernah kukatakan padamu beberapa kali,
Menulis adalah membuka bagian diri yang tidak kau sadari.
Dan malam ini aku sadar bahwa ternyata aku punya bagian ini.
Selamat malam dan sampai jumpa esok hari.

Depok, 6 Maret 2013

Leave a comment

March 6, 2013 · 4:19 pm

aku (tidak) suka kau datang

Aku tidak suka kau datang,
Membuat banyak kekacauan di hidupku yang tenang.
Besar, kecil, setiap hari tanpa peringatan.

Kau seperti sekumpulan papan pemberitahuan.
Jelas, tanpa basi-basi, dan sangat menarik perhatian.
Hanya saja bagiku kau sangat membingungkan.

Di sampingku kau selalu banyak bicara,
Di kejauhan pun kau sama saja.
Dan kau selalu meneriakkan namaku dengan gembira.

Aku tidak suka kau datang,
Begitu saja masuk ke dalam hidupku yang tenang.
Denganmu setiap hari berarti kekacauan.
Aku tidak lagi bisa berpikir dan merasa secara perlahan.
Di dekatmu aku melakukannya dengan refleks spontan.

Kau banyak tertawa,
Membuatku banyak bertanya-tanya.
Kau banyak bicara,
Membuatku semakin jengkel pada awalnya.

Aku tidak suka kau datang,
Karena kau membuat kerusuhan dalam kesendirian.
Kau membuat banyak kesulitan,
Dengan kepalaku, dengan diriku, dan kusadari dengan bagian hatiku yang lebih dalam.

Aku tidak suka kau datang,
Tapi kusadari lagi bahwa aku lebih tidak suka kau menghilang.
Dari hidupku yang sekarang terbiasa dengan kekacauan,
Dari hatiku yang terbiasa tidak sendirian.

Aku tidak suka kau datang.
Tapi dengan cara inilah kau membuatku tahu kau menang.
Dengan diriku dan hatiku yang setiap saat kau kacaukan.
Dan pada akhirnya kukatakan,
Aku suka kau datang.

Depok, 5 Maret 2013

2 Comments

March 5, 2013 · 2:42 pm

dua orang asing, belum bertemu, belum mencari

Dua orang asing, belum bertemu, belum mencari, tapi di dalam hati tahu bahwa suatu hari nanti keberadaan mereka akan saling mengisi. Meskipun kalimat “suatu hari nanti” kelewat lebih sering dipikirkan daripada kalimat “semoga harimu menyenangkan” di dalam diri mereka, mereka tahu bahwa hal itu memang layak untuk dipikirkan, bahkan sejujurnya, hal itu memang layak diucapkan keras-keras. Salah satu dari mereka, yang memiliki kepribadian lebih terbuka, bahkan berani bertaruh bahwa jika semua orang mengucapkan harapan yang mereka pikirkan dalam pikiran masing-masing, di dunia ini tidak akan ada sesuatu yang kita sebut sebagai “kesedihan”.

Kalimat “suatu hari nanti” terlihat sangat penuh dengan pengharapan, dan masalahnya adalah mereka tahu bahwa saat ini hanya sedikit orang yang masih tersisa untuk berani berharap pada sesuatu yang penuh dengan ketidakpastian. Dan kalimat “suatu hari nanti” sejujurnya memang terdengar kelewat tidak pasti dan berlebihan.
Mereka, kedua orang asing itu, hanya tahu bahwa “suatu hari nanti” mereka akan bertemu, karena bukankah begitu perjanjian mereka ketika masih sama-sama satu jiwa yang bersiap didorong ke dalam dua tubuh yang berbeda ?

Mereka, dua orang asing, yang anehnya saling mengenal, saling memahami, dan tahu bahwa pada suatu hari nanti mereka akan kembali menjadi dua jiwa yang saling menemani ?

Mereka tidak pernah tergesa, tidak terlalu banyak bicara, hanya berpegang teguh pada keyakinan “suatu hari nanti” yang mereka miliki bersama. Bagaimanapun juga, keyakinan itulah yang menyatukan mereka, karena di dunia ini, dua jiwa yang saling mengenal itu belum bertemu, belum berbicara, belum menepati janji yang mereka buat bersama.

Mereka, dua orang asing itu, tahu bahwa kebanyakan orang berkata bahwa cinta itu terlalu muluk dan berlebihan, akan tetapi bagi mereka, cinta adalah janji “suatu hari nanti” yang tak terkatakan dan fakta bahwa “suatu hari nanti” mereka akan saling menemukan.

Depok, 4 Maret 2013

Leave a comment

March 4, 2013 · 4:07 pm

suatu hari

Suatu hari nanti, aku akan terbangun di sisimu, tersenyum kepada matahari yang terpantul di kedua matamu yang terpejam, menyadari bahwa bagaimanapun juga, di situlah tempatku seharusnya berada. Di sisimu, tanpa lagi ada rasa ragu ataupun rindu, yang saat ini terkadang menelusup dengan tak tahu malu. 

Suatu hari nanti, aku akan berjalan di sampingmu, dengan bangga, tersenyum pada semua orang di sekitar kita yang sibuk berbicara tentang bagaimana kita pertama berjumpa dan betapa mawar putih sangat cocok sebagai hiasan souvenirnya, tanpa tahu bahwa kita pernah bertengkar hanya karena bunga yang berbeda warna. 

Suatu hari nanti, kita akan saling memandang dan menyadari, betapa kita yang saling menemukan adalah sebuah keajaiban, sama ajaibnya seperti gabungan warna-warna senja, yang membuatku tahu bahwa kita menua bersama benar-benar hal yang paling luar biasa yang pernah ada. 

 

Depok, 3 Maret 2013

Leave a comment

Filed under story

berlutut, berhadapan, dan bersisian

putri

Ayunan, mobil-mobilan. Pedang panjang, kau si pangeran. Terserimpet rok ibuku, berpura jadi putri yang sedang ditawan. Kau, berpedang dengan musuh tak kelihatan,  berteriak  keadilan harus ditegakkan, kemudian menang. Kita berdua tertawa, bergandengan, dan berpura sedang menghadiri pesta dansa kerajaan. Berlutut di hadapanku, kau ulurkan mahkota dari rangkaian dedaunan.

            Hari mendung, gerimis berjatuhan. Di depanku, kau hanya bisa terdiam. Kedua mataku berkaca-kaca, tidak mampu mengucapkan ucapan selamat jalan. Dari jok belakang mobil hitam, kau melambaikan tangan. Aku tidak tahu mengapa air hujan meleleh dari kedua mataku, masuk ke dalam mulutku, terasa asin, pahit, sekaligus asam. Akhirnya hujan deras datang.

            Aku dua puluh lima, berdiri tercengang di hadapanmu yang setahun lebih tua. Tersenyum cemerlang, kau bertanya bagaimana kabarku dan apa aku baik-baik saja. Aku mengangguk dan kita bertukar cerita dengan cara yang tidak akan dilakukan oleh orang dewasa di manapun juga.

              Aku dua puluh delapan, memandangimu yang sedang mendorong ayunan. Kau memanggilku, kemudian kita berdansa di memutari taman. Mendengar tangisan, kita menoleh berbarengan, sadar bahwa kita berdua meninggalkan si bayi sendirian. Terburu-buru, kali ini tidak terserimpet rok ibuku, kukeluarkan dia dari ayunan. Kugendong dia dan kita bertiga berdansa memutari taman. Kali ini hujan deras tidak datang. 

Leave a comment

Filed under story