Aku memulai perjalanan ini sendirian. Kau tahu, menapaki jalan yang bagi sebagian orang mengerikan. Bagiku, entahlah, mungkin sedikit menantang?
Tentang perjalanan, lebih baik kau mempersiapkannya dari awal mula. Apa yang kau bawa, apa yang kau tinggal begitu saja, dan apa yang kau titipkan pada sudut-sudut kota. Oh, tentu saja, hal yang paling penting adalah dengan siapa. Dengan siapa semua bermula dan dengan siapa kau menitipkan ceritamu selanjutnya.
Aku memulai perjalanan ini sendirian, tidak terlalu berharap akan ada seorang teman. Meskipun demikian, kurasa sangat menyenangkan memiliki teman yang bisa kuajak berbincang-bincang? Apakah ini harapan? Tentu saja, ya, akan tetapi harapan yang tidak setinggi bintang-bintang. Hanya sekedar menyentuh awan berwarna kebiruan.
Bagiku saat ini, pada akhirnya adalah tentang tujuan. Kapan aku berhenti dan kapan aku terus berjalan. Berhenti sebentar atau duduk cukup lama dan terdiam. Sampai di ujung belokan atau memutuskan membangun istana khayalan dan menetap sampai akhir zaman. Zamanku, tentu saja, yang umumnya hanya sampai enam puluh sekian.
Tujuan, tentu saja, tidak selamanya menjadi nomor pertama. Terkadang fakta bahwa aku masih bisa berjalan, seberapapun jauhnya, jauh lebih berharga, kurasa.
Tidak mudah memulai sebuah perjalanan, karena dengan demikian ada hal-hal yang pasti kau tinggalkan. Terkadang hal itu justru impian. Kau lepas impian lama di hatimu, kau cari impian yang baru.
Meskipun sendirian, aku memperoleh banyak pelajaran. Sebuah perjalanan tidak mungkin berarti sendirian. Meskipun hanya ada dirimu dan sepatumu yang menginjak rerumputan, kau selalu ditemani impian dan kenangan. Impian membuatmu berjalan lurus ke depan, sementara kenangan memberimu banyak pelajaran. Sendirian (?)
Depok, 10 Juni 2015