Category Archives: poem

si penasihat kelinci

Pada awalnya kau bertanya-tanya,

menggunakan banyak kata tanya “mengapa”.

Tapi pada akhirnya kau mengerti juga,

bahwa jawaban satu pertanyaan tidak selalu muncul saat itu juga.

 

Kau banyak berjalan,

menyapa semua orang di sekelilingmu dengan senyuman.

Mengomentari ini itu, membuat semua orang tidak lagi merasa kesepian.

Kau bahkan memuji matahari yang malu-malu bermain bersama hujan.

 

Kau mempercepat langkah,

berpendapat bahwa tidak seharusnya seseorang merasa gundah.

Karena seperti kata ibumu “bukankah dunia ini indah ? “

 

Hari ini kau berlari.

ingin menghibur seseorang yang sedang bersedih hati.

Seorang gadis kecil yang mati-matian menginginkan seekor kelinci.

Hanya saja ibu berpendapat kelinci lebih enak dijadikan menu makan malam nanti.

Oh ya, tentu saja jadilah gadis itu menangis menyayat hati.

 

Kau mendekatinya.

Gadis itu maksudku, bukan ibunya.

Kau ulurkan tanganmu padanya,

si gadis kecil membelalakkan mata,

memandang tangan kosongmu yang tidak ada apa-apa.

Kemudian si gadis kecil semakin merasa merana.

 

Kemudian kau tertawa,

berkata bahwa semua hal di dunia diciptakan sesuai perannya.

Misalnya kau diciptakan sebagai seorang pria,

maka tugasmu adalah membuat wanita tertawa.

Apabila kau adalah seorang orangtua,

maka tugasmu adalah melindungi keluarga.

Dan begitu tugas si kelinci juga.

Tugasnya adalah membuat manusia gembira.

Maka si kelinci berperan sebagai piaraan ataupun diambil dagingnya.

Si gadis kecil hanya ternganga,

tidak yakin pada apa yang didengarnya.

Kemudian kau berlalu begitu saja,

meninggalkan si gadis kecil di tempat yang sama.

Hanya saja kali ini tanpa melibatkan air mata.

 

Kau berlari dan semakin berlari,

tiba-tiba merasa kesepian dan seorang diri,

Kemudian kau mulai menyadari,

bahwa kau tidak lagi merasa menyukai pelangi.

 

Dan kau sadar bahwa selama ini kau hanya berjalan dan berlari,

ke sana ke mari tanpa tahu tujuan yang pasti.

Dan saat ini, kau hanya sedang mencari,

mencari siapa sebenarnya dirimu ini,

dan tentu saja siapa yang harus kau hibur di perjalanan ini.

 

Ah kalau kau bertanya padaku,

siapa sebenarnya dirimu ?

Aku juga tidak tahu.

Lagipula bukankah itu seharusnya yang kau tuju ?

Mencari jati dirimu ?

 

Akan tetapi suatu hari nanti,

kalau kau sudah yakin pada dirimu sendiri,

aku hanya berharap kita bisa berjumpa lagi,

seperti ketika kau menasihatiku tentang hakikat kelinci.

 

Depok, 18 April 2013

 

 

 

Leave a comment

Filed under poem

hujan di mana-mana

Sore ini hujan lagi, 

sepertti beberapa hari ini. 

Terus saja hujan sepanjang hari, 

seakan langit sedang menangisi pelangi. 

 

Ada kubangan di mana-mana. 

Di sini, di sana, sama saja. 

Hujan turun tiba-tiba, 

seperti singa menyergap mangsanya. 

 

Di mana pelangi ? 

Oh dia tidak ada di sini. 

Mengapa hujan turun sepanjang hari ? 

Mungkin karena pelangi ingin ditangisi. 

 

Jadi mengapa hujan di mana-mana ? 

Mungkin karena bumi merindukannya. 

Dan mengapa aku tidak merasa bahagia ? 

Karena hujan ada di mana-mana. 

 

Hujan turun di mana-mana. 

Turun di sini, turun di sana. 

Turun di depan rumahku juga. 

Bercampur dengan si kodok yang sibuk tertawa. 

 

Hujan turun di mana-mana. 

Membasahi ujung jendela. 

Membasahi pintu kaca. 

Yang jelas hujan di mana-mana,

 membanjiri hatiku juga.

Yang merana.karena ada hujan di mana-mana. 

 

Depok, 10 April 2013

Leave a comment

Filed under poem

kelopak kuning daisy

Sebelumnya aku tidak pernah berpikir seperti ini. 
Aku tak mengira akan jatuh cinta setengah mati. 
Berharap pada kelopak kuning bunga daisy. 

Pada awalnya pagi yang biasa saja. 
Aku bangun dan memakai baju sekenanya. 
Di dapur ibuku sedang melelehkan mentega. 
Adikku sibuk dengan sepatu barunya. 

Aku sedang menikmati segelas susu, 
ketika ayahku muncul dari balik pintu. 
Di lengannya ada koran pagi itu. 
Kemudian diulurkannya sesuatu padaku. 

Aku tercengang menatapnya. 
Ayahku memberikan selembar kelopak bunga. 
Kuning,jadi aku tahu apa bunganya. 

Aku masih memandangi ayahku. 
Dijelaskannya bahwa kelopak itu diletakkannya di lingkaran inisial namaku. 
Ditulis dia atas tanah, kata ayahku. 

Aku bertanya-tanya tapi toh aku lupa juga. 
Saat itu musim semi dan bunga ada di mana-mana. 
Aku baru mengingatnya ketika menerimanya lagi keesokan harinya. 

Begitulah yang terjadi setiap hari. 
Kelopak daisy itu bertumpuk di dalam laci. 
Separo layu sedangkan yang lainnya mati. 
Kuhitung semua yang berjumlah tiga puluh satu hari. 

Aku suka berbaring telentang di malam hari. 
Tidak melakukan apa-apa,hanya menunggu agar malam cepat pergi. 
Asyik memikirkan siapa si cowok kelopak daisy. 

Aku tidak pernah tahu siapa yang meletakkannya. 
Aku menerima kelopak daisy setiap musim semi tiga tahun berikutnya. 
Pada tahun keempat aku mendapat berita duka. 
Ibuku meninggal dalam tidurnya. 
Saat itu musim gugur yang dicintainya. 
Jadi kurasa ibuku benar-benar bahagia. 

Pada musim semi selanjutnya, aku tidak pernah lagi mendapatkannya. 
Kelopak kuning daisy hilang begitu saja, sekeras apapun aku mencarinya. 

Jumat,23 Juli 2011

Leave a comment

Filed under poem, story

nona sendirian, yang pertama (sudut pandang-nya)

Aku ingin berkata,
tanpa terkesan menyela.
Tapi tetap saja kau terus bicara,
Tanpa tahu aku sangat ingin mengucapkan beberapa kata.

Aku ingin memberitahu bahwa ada saus di pipimu,
hanya saja kau heboh bicara tentang kenaikan harga susu,
asyik mengomel sembari mengasihani para ibu.
Kemudian topik berlanjut pada PHK pekerja di kotamu.

Aku hanya diam saja,
Sesekali tersenyum dan mengiyakan kau bicara.
Sementara otakku sibuk berpikir mengenai ini semua.
Dan tanganku sibuk menuliskannya.

Aku mendongak ketika akhirnya kau menanyakan pekerjaanku.
Menghela nafas lega, akhirnya aku bisa mengatakan sesuatu.
Dan ketika aku berkata bahwa aku punya sebuah toko susu,
Tiba-tiba saja kau diam dan tampak malu.
Aku tertawa keras-keras dalam hatiku.
Tentu saja aku tidak punya toko susu.
Aku lebih suka menjual buku-buku.
Tapi yah kurasa belum saatnya kau tahu bagian itu.

Hening menyelimuti kita.
Tak hentinya kau melirikku dari balik botol merica.
Dan aku tetap diam saja,
Menikmati supku dengan bahagia.

Setelah beberapa lama,
Aku bertanya tentang bibimu, Dahlia.
Karena dia-lah saat ini kita duduk berhadapan di tempat yang sama.

Bibi Dahlia adalah pelangganku yang paling setia.
Dia selalu membeli buku di tokoku setiap hari selasa.
Lambat laun aku mengenalnya.
Dan lambat laun pula terbentuklah ide di kepalanya.
Melihatku yang berusia dua puluh tiga sendiri saja,
Dia mendesakku bertemu denganmu yang tiga tahun lebih tua.

Awalnya aku tidak menyukai ide bibi Dahlia.
Astaga aku bahkan sedang merasa sangat sempurna dan bahagia.
Hanya saja menurut bibimu aku harus bertemu denganmu yang berpendapat sama.
Katanya kau mengucapkan kalimat yang persis sama padanya.

Hanya karena itulah aku akhirnya bersedia.
Aku hanya merasa ingin tahu bagaimana kita bisa memiliki pikiran yang sama.
Akan tetapi sejak kita berjabat tangan dan saling menyapa,
Kau langsung bicara cepat dengan topik apa saja.

Sejujurnya aku sangat ingin menyelamu beberapa kali.
Ada beberapa bagian kuliahmu yang tidak aku setujui.
Akan tetapi di belakang pikiranku ini,
Bukankah kencan pertama harus berlangsung lancar dan hati-hati ?
Masalahnya adalah di sini aku merasa hanya memahaminya seorang diri.
Di depanku kau terlihat kelewat banyak bicara seorang diri.

Kemudian aku mengamatimu.
Kau terlihat tampan dengan kemeja biru.
Dan kau terlihat semakin tampan ketika kau bisa menutup mulutmu.
Aku tersenyum manis di depanmu,
Mengamatimu menyantap soto sapimu.

Jadi itulah kencan pertama kita.
Mengapa aku menuliskannya ?
Yah aku punya firasat bahwa ini semua akan berlangsung lama.
Lagipula aku harus memperhitungkan faktor desakan Bibi Dahlia.
Dan seperti yang sudah diteriakkan semua orang sekeras-kerasnya,
Aku tidak bisa menjadi nona sendirian selamanya.

Depok, 2 April 2013

Leave a comment

April 2, 2013 · 4:08 pm

tuan kesepian berkontemplasi

Malam terasa tidak kunjung hilang,
Bagi tuan kesepian yang melamun sendirian.
Dia memikirkan banyak hal semenjak petang,
Bahkan sejak matahari masih bangga berkejaran dengan awan,
Bahkan sejak purnama masih pulas tidur dalam pangkuan dewi bulan,
Dab bahkan sejak bayangan bukan hal yang menakutkan.

Tuan kesepian berpikir-pikir seorang diri,
Kenapa khusus malam ini dia merasa kelewat melankolis dengan cara aneh dan tidak bisa dimengerti?
Semua berawal dari kejadian sore tadi,
Ketika dia memutuskan untuk berjalan-jalan sore melemaskan kaki.

Tuan kesepian selalu menyukai akhir pekan.
Akhir pekan selalu membuat dirinya merasa tenang.
Setelah sepanjang minggu hidupnya yang gila dan melelahkan,
Akhir pekan terasa seperti hadiah yang pantas dia perjuangkan mati-matian.
Biasanya dia selalu melewatkan akhir pekan di dalam ruangan,
Entah memainkan sesuatu atau mengundang teman-temannya untuk datang.

Untuk minggu ini tuan kesepian harus puas mengeluh pada diri sendiri,
Entah mengapa semua teman-temannya bersamaan memiliki acara yang harus dihadiri.
Ada yang mengantarkan ibunya membeli daging sapi,
ada yang harus membenarkan lubang kunci,
Bahkan ada yang harus mengantarkan adiknya membeli kelinci.
Tuan kesepian tidak tahu harus berkata apa lagi.
Jadi setelah telepon kelimanya tidak ada yang menanggapi,
Tuan kesepian memutuskan dia akan melewatkan waktunya seorang diri.
Dan langsung menolak ajakan bibinya untuk memanen brokoli.
Bagi tuan kesepian berkebun bukanlah cara efektif untuk menghibur diri.
Apalagi tuan kesepian memiliki kecurigaan tersendiri bahwa bibinya memiliki maksud tersembunyi.
Minggu lalu bibinya bertanya apakah dia mengenal gadis yang memiliki dua buah lesung pipi.
Alih-alih menanggapi si bibi,
Tuan kesepian memutus telepon dan berdalih ada pekerjaan yang menanti.

Jadi di sinilah dia,
Setelah mengalami minggu yang penuh drama,
antara pekerjaan dan usaha perjodohan bibinya yang sia-sia,
Mengamati seekor kucing diusap kepalanya.
Dan si kucing menatapnya curiga,
Seolah mempertanyakan apakah dia ingin diusap kepalanya juga.
Tiba-tiba tuan kesepian menyadari bahwa selain neneknya,
Hanya ayah dan ibunya-lah yang pernah mengusap kepalanya.
Di sini dia kembali memelototi si kucing yang terlihat puas luar biasa.
Setidaknya si kucing punya seseorang yang menyayanginya.
Apakah ada yang mencintai tuan kesepian selain keluarga dan teman-temannya ?

Tuan kesepian bangkit berdiri.
Si kucing masih terus mengamati.
Akan tetapi tuan kesepian memutuskan untuk tidak merasa peduli,
Sambil berkata di dalam hati bahwa dalam hal ini anjing terlihat lebih bisa memahami.
Memahami perasaannya yang masih saja sedingin pegunungan salju abadi.

Tuan kesepian meneruskan berjalan-jalan.
Di ujung persimpangan dia melihat dua anak kecil sedang berboncengan.
Satu anak laki-laki sedangkan yang lainnya anak perempuan.
Astaga, mereka bahkan masih ingusan !
Sampai poin ini, tuan kesepian merasa semakin tertekan.

Tuan kesepian berhenti di sebuah kedai kopi.
Dia lelah dan ingin memesan secangkir teh melati.
Seorang wanita gemuk berwajah ramah menyambutnya dengan senang hati.
Kedai itu sepi dan beraroma teh, kopi, mentega dan roti.
Untuk pertama kalinya dalam sesore ini,
Tuan kesepian merasa bahagia kembali.

Kemudian pesanannya tiba.
Seorang laki-laki bercelemek-lah yang membawakannya.
Laki-laki itu juga ramah dan terus berkata bahwa semua roti di sini adalah buatan istrinya.
Laki-laki bercelemek itu terdengar sangat bangga sekaligus gembira.
Tuan kesepian membatin betapa bahagianya apabila istrinya pandai membuat roti juga.
Perasaan tuan kesepian kembali merana.

Setelah menghabiskan makanan dan minumannya,
Tuan kesepian memutuskan untuk pulang ke apartemennya.
Kendati minggu ini tidak terlalu menyenangkan baginya,
Tetap saja dia berpikir ulang mengenai hidupnya.
Apa yang selama ini membuatnya bahagia ?
Apa yang sejujurnya ia inginkan dalam hidupnya ?
Dan dia mulai memahami sudut pandang bibinya.
Tuan kesepian tahu bahwa dia telah dewasa.

Setelah mencuci kaki dan menggosok giginya,
Tuan kesepian memutuskan untuk menelepon bibinya.
Dia berkata akan datang besok pagi untuk memanen brokoli.
Dan apabila bibinya membawa seorang gadis dengan dua lesung pipi,
Tuan kesepian tahu bahwa kemampuannya berbasa-basi tidak diragukan lagi.
Lagipula siapa tahu si gadis pandai membuat roti.

Depok, 31 Maret 2013

Leave a comment

March 31, 2013 · 4:02 pm

segitiga dan lingkaran sempurna

 

Bukankah kau pernah berkata, 

Lingkaran sempurna adalah bentuk yang selalu membuatmu bahagia ? 

Katamu lingkaran selalu kau asosiasikan dengan rasa gembira. 

Karena tentu saja, donat keju favoritmu memiliki bentuk yang sama. 

Begitu juga bantal biru yang ada di samping jam beker berbentuk kura-kura. 

Harus kuakui aku bahkan tidak memikirkan ini sebelumnya. 

 

Entah mengapa lingkaran sempurna terasa agak menakutkan. 

Berbentuk melingkar dengan ujung yang tidak bisa kau perkirakan. 

Jadi tentu saja aku tidak tahu rasa bahagia mana yang selalu kau asosiasikan dengan lingkaran. 

 

Sejujurnya untuk saat ini, 

kalau kupikir-pikir dan kulihat lagi. 

Hidupku dulu adalah asosiasi dengan segitiga sudut mati. 

Tiga sudut tajam yang saling terkait dan mengamini. 

Bagiku hidup adalah rangkaian sebab-akibat yang pasti. 

Oleh karena itu, bentuk segitiga adalah asosiasi yang paling mendekati. 

 

Tentu saja itu dulu. 

Sebelum aku mengenal donat rasa keju, 

Sebelum aku mendapatkan bantal berwarna biru, . 

Sebelum aku menyukai setengah lengkung lingkaran di wajahmu, 

Sebelum aku mengenal setiap ekspresi bahagiamu, 

dan tentu saja sebelum aku,

 jatuh cinta padamu. 

 

Tentu saja semua berakhir dengan hasil yang tidak pernah kuduga. 

Saat ini sudut tajam segitiga tidak lagi mengait dengan cara yang sama. 

Bahkan konsep sebab-akibat tidak lagi terasa nyata. 

Karena entah mengapa, 

saat ini duniaku adalah lingkaran sempurna. 

Aku berputar bahagia di dalamnya, 

dengan kau yang tertawa sebagai orbitnya. 

 

Depok, 24 Maret 2013

Leave a comment

Filed under poem

aku (tidak) suka kau datang

Aku tidak suka kau datang,
Membuat banyak kekacauan di hidupku yang tenang.
Besar, kecil, setiap hari tanpa peringatan.

Kau seperti sekumpulan papan pemberitahuan.
Jelas, tanpa basi-basi, dan sangat menarik perhatian.
Hanya saja bagiku kau sangat membingungkan.

Di sampingku kau selalu banyak bicara,
Di kejauhan pun kau sama saja.
Dan kau selalu meneriakkan namaku dengan gembira.

Aku tidak suka kau datang,
Begitu saja masuk ke dalam hidupku yang tenang.
Denganmu setiap hari berarti kekacauan.
Aku tidak lagi bisa berpikir dan merasa secara perlahan.
Di dekatmu aku melakukannya dengan refleks spontan.

Kau banyak tertawa,
Membuatku banyak bertanya-tanya.
Kau banyak bicara,
Membuatku semakin jengkel pada awalnya.

Aku tidak suka kau datang,
Karena kau membuat kerusuhan dalam kesendirian.
Kau membuat banyak kesulitan,
Dengan kepalaku, dengan diriku, dan kusadari dengan bagian hatiku yang lebih dalam.

Aku tidak suka kau datang,
Tapi kusadari lagi bahwa aku lebih tidak suka kau menghilang.
Dari hidupku yang sekarang terbiasa dengan kekacauan,
Dari hatiku yang terbiasa tidak sendirian.

Aku tidak suka kau datang.
Tapi dengan cara inilah kau membuatku tahu kau menang.
Dengan diriku dan hatiku yang setiap saat kau kacaukan.
Dan pada akhirnya kukatakan,
Aku suka kau datang.

Depok, 5 Maret 2013

2 Comments

March 5, 2013 · 2:42 pm

nona sendirian yang tidak suka warna kuning terang

Untuk cerita pagi ini,
Aku ingin bercerita tentang nona sendirian itu sendiri.
Seperti apakah dia punya kebiasaan memperhatikan pelangi,
dan apakah warna favoritnya berganti setiap hari ?
Jadi apakah kau siap membaca puisiku kali ini ?

Nona sendirian adalah gadis biasa.
Agak naif, ya, selalu percaya pada petualangan seseorang mencari cinta.
Meskipun sejauh ini belum menemukannya,
Nona sendirian selalu yakin hari itu akan tiba.

Tentu saja nona sendirian pernah menyukai seorang tuan tampan.
Akan tetapi yah, si nona melakukannya sendirian.
Si tuan tampan tidak merasakan apa yang si nona rasakan.
Jadi tentu saja kisah itu berakhir agak mengenaskan.
Akan tetapi nona sendirian masih yakin tuannya suatu hari akan datang.

Nona sendirian tidak menyukai warna kuning,
Entah mengapa baginya warna itu membuatnya merinding.

Dan dia juga tidak menyukai warna merah jambu,
Sama seperti rasa tidak sukanya pada warna ungu.
Satu-satunya warna yang membuatnya nyaman adalah abu-abu.

Meskipun demikian,
Nona sendirian selalu yakin dengan segala kemungkinan.
Dia masih yakin ketika tuan-nya datang,
Warna apapun akan terlihat mengagumkan.
Dan siapa tahu dia akan memakai gaun kuning terang ?

To be continued

Depok, 3 Maret 2013

Leave a comment

March 3, 2013 · 12:23 am

nona sendirian dan tuan kesepian

Nona sendirian, menanti, mencari, tapi tidak memahami.
Mengapa ia harus duduk sendiri ?
Mengapa nona sendirian tidak ada yang menemani ?

Tuan kesepian banyak bertanya, mencari jawaban.
Tapi tidak banyak yang bisa ia lakukan.
Yang ia tahu adalah ia selalu merasa kesepian.

Nona sendirian berjalan ke ujung jalan,
mencari teman.
Nona sendirian tidak ingin sendirian.

Tuan kesepian duduk di perhentian,
Tidak tahu bagaimana harus melanjutkan.
Apakah tuan kesepian akan mendapatkan teman ?

Kalau kebanyakan cerita,
Semua akan berakhir bahagia.
Akan tetapi masalahnya,
Ini adalah cerita yang berbeda.

Tuan kesepian dan nona sendirian saling memandang,
Akan tetapi mereka tidak begitu saja mendapatkan jawaban.

Tuan kesepian beranjak pergi,
nona kesepian masih terus mencari.
Jadi bagaimana cerita ini harus berhenti ?

Kalau kau mau tahu kelanjutannya,
Tunggu saja puisiku selanjutnya.
Jadi apakah tuan kesepian dan nona sendirian akan bersama?
Apakah mereka akan berakhir bahagia pada pertemuan selanjutnya ?

To be continued

Depok, 2 Maret 2013

Leave a comment

March 2, 2013 · 8:24 am

malu

Kita sama-sama kesepian. 

Hanya saja aku ada di kiri kau ada di kanan. 

Jadi aku terlihat berantakan, 

sedangkan kau sama sekali tidak kelihatan. 

Diam saja, seperti katak bertengkar di area kuburan. 

 

Kita sama-sama merindukan. 

Hanya saja aku banyak berbicara tidak karuan. 

Sementara kau hanya menyimpannya dalam seulas senyuman. 

Tanpa kata seperti kaset kehilangan rekaman. 

 

Kita sama-sama menyadari, 

Bahwa berdiri sendiri tidak akan pernah berarti. 

Hanya saja aku sering mengatakannya lewat puisi, 

sedangkan kau sibuk berteman dengan kucing dan sapi. 

 

Kita sama-sama ingin berdua-dua. 

Hanya saja aku mengatakannya langsung kepadamu saja. 

Sedangkan kau melantunkannya lewat doa-doa. 

 

Kita sama-sama tahu, 

bahwa kau dan aku benar-benar sedang merindu. 

Akan tetapi kita juga tahu, 

bahwa tidak mungkin kau akan mengatakannya kepadaku. 

Memalukan bagimu, 

seperti merobek dadamu dan menyodorkannya kepadaku. 

Dan kapan kau akan mengatakannya padaku ? 

Hanya Tuhan yang tahu. 

 

 

Depok, 25 Februari 2013

Leave a comment

Filed under poem