Category Archives: self-story

kuharap

happy

Kuharap aku bisa menyimpannya, barangkali ke dalam toples, hanya untuk sekedar tahu bahwa dia benar-benar ada, benar-benar nyata, bukannya aku yang kebanyakan berimajinasi saja.

Kuharap aku bisa menghitungnya, tahu dengan pasti berapa banyaknya, karena di masa mendatang aku berharap bisa menghitungnya kembali, satu demi satu, untuk menghabiskan waktu, tahu bahwa di masa lalu aku melakukannya, untukku sendiri.

Kuharap aku bisa menggambarkannya, untuk bisa kuceritakan pada siapa saja dan kudeskripsikan dengan sempurna, tanpa terlewat bahkan satu huruf saja.

Kuharap aku bisa melihatnya, bisa memandang senyum yang saat ini pasti sedang menghiasi sekujur tubuhnya yang sempurna, bisa menghitung banyaknya sinar yang terpantul dari kedua matanya.

Kuharap aku bisa membungkusnya, memindahkannya ke dalam tasku, membawanya ke mana pun hidupku menuju, tahu dengan pasti bahwa dia akan selalu ada untukku, tahu dengan pasti bahwa bahagia ….. akan selalu tersenyum bersamaku.

Depok, 20 Mei 2013

Leave a comment

Filed under self-story

doa

Kau pasti pernah berdoa, bukan ? Entah sendirian, entah bersama-sama, entah berdoa sebelum makan, entah berdoa sebelum memejamkan mata. Dan ya, berdoa adalah hal yang sering kau lakukan, karena dengan berdoa kau akan merasa tenteram, karena kau tahu bahwa di alam semesta raya ini ada yang benar-benar memperhatikanmu, mengerti tentangmu, bahkan detail terkecil di dalam dirimu, misal perasaan terdalammu. Kau tahu siapa ? Tentu saja Dia adalah Tuhanmu. 

Oke, di sini aku tidak ingin membahas masalah agama atau kepercayaan atau semacamnya. Itu hak asasimu, tentu saja. Aku ingin membahas fakta tak terbantahkan bahwa jika ada orang yang benar-benar mencintaimu dan peduli padamu, dia tidak perlu mengatakannya keras-keras. Orang itu hanya perlu membisikkan namamu dalam doanya, mengharapkan kau baik-baik saja, dan memohon pada Tuhan bahwa kau akan selalu sehat dan bahagia. 

Bukankah seperti itu adanya ? Kau peduli dan kau mencintai, maka kurasa kau tidak perlu mengatakannya keras-keras, hanya agar semua orang tahu fakta itu. Maksudku, yah, jika orang yang kau cintai memang memiliki separo bagian rusukmu, suatu hari nanti dia akan datang padamu, tidak terduga, tiba-tiba, tapi pada momen yang luar biasa. 

Yah, begitulah. Bukankah begitu ? Di dalam doamu, kau selalu menyebut namanya selain nama kedua orang tuamu, keluargamu, dan teman-temanmu, bukan ? Dan bukankah kau selalu mendoakannya agar selalu sehat dan bahagia ? 

 

Depok, 8 April 2013

Leave a comment

Filed under self-story

dimensi

Kita mengenalnya sebagai bilangan berpangkat satu,yang mungkin terlalu rumit untuk dijelaskan apa,mengapa,dan bagaimana. Sederhananya adalah anggota bilangan asli yaitu huruf dua dan tiga. Dua dan tiga bukanlah jumlah. Dalam hal ini, bisa dibilang dua dan tiga adalah potongan terbesar teka-teki tentang bagaimana kita memandang sesuatu. Menggunakan dua dimensi itu sederhana.Memakai tiga dimensi terlihat agak sedikit luar biasa. Kau tahu maksudku kan kalau kubilang kau adalah sejenis makhluk aneh yang terlalu rumit dan tak bisa dijelaskan dengan berapapun jumlah dimensi?

Well, baiklah, setidaknya suatu saat nanti akan kutemukan nilai n dalam dimensi ke-n tentangmu. Hanya teori, tentu saja. Oh ya, sedikit riset tentangmu akan sangat membantu. 

Depok,31 Oktober 2010

Leave a comment

Filed under self-story

cerita kita

Dan bagaimanapun juga, sebuah cerita selalu memiliki awal, yang terkadang tidak terlalu menyenangkan, tapi sepanjang ingatanku, cerita tentang kita selalu menyenangkan dengan banyak “hai” di pagi hari dan sedikit obrolan basa-basi di sore hari dan entah bagaimana berlanjut menjadi perjumpaan rutin akhir pekan. 

Kau bercerita tentang segalanya dan tentang harimu yang terkadang terasa tidak terlalu menyenangkan, yang kebanyakan melibatkan dosen yang tidak terlalu ramah. Kemudian aku akan menyambung dengan anekdot tidak lucuku tentang hariku yang tidak terlalu istimewa, karena siapa sih yang akan menganggap terkurung di ruangan selama nyaris delapan jam penuh berubah menjadi sepenggal cerita menyenangkan ? Yah, aku juga bercerita tentang perasaan putus asaku dan apa yang kuhadapi yang selalu berhubungan dengan teman yang kelewat sembrono. Dan kau pun akan mulai tertawa sambil memutar bola mata. Awalnya aku akan merasa tersinggung tapi toh akhirnya aku akan ikut tertawa melengking. Sungguh tidak harmonis. 

Setelah kira-kira menghabiskan kopi kesepuluh, pada akhirnya kau menyadari bahwa hari itu sudah berakhir dan perbincangan yang menyenangkan itu harus diakhiri karena ibu kosku bukan jenis orang yang toleran dengan waktu. 

Yah, aku tidak tahu bagaimana akhir cerita kita. Aku harap menyenangkan, atau setidaknya ditutup dengan ucapan “sampai jumpa” pelan dan harapan untuk mendapat hari yang lebih menggembirakan. 

 

Depok, 8 Februari 2011

Leave a comment

Filed under self-story

catatan 5

Kau tahu, menulis itu adalah memasukkan sebagian jiwamu ke dalam tulisanmu, sehingga tanpa kau sadari kau akan membagi dirimu dalam porsi tertentu. Disadari atau tidak, kau akan membuka dirimu pada orang lain dengan cara-cara yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang sudah membacanya. 

Saat ini aku sedang menulis, tanpa tujuan apapun, hanya semacam ingin membagi diriku, tanpa tema tertentu. Aku pernah menulis sesuatu tentang diriku sendiri dengan tema tertentu, dan terakhir kali aku melakukannya, tulisan itu kelihatannya agak sombong, menjengkelkan, dan tidak menyenangkan untuk dibaca. Sejak saat itu aku memutuskan bahwa cara terbaik untuk berusaha menjelaskan diriku melalui tulisan adalah dengan menulis begitu saja, kata demi kata, bahkan tidak tahu apakah pada akhirnya tulisanku ini cukup layak untuk dibaca. 

Yah, aku tahu bahwa tulisanku saat ini lebih mirip dengan diary remaja alih-alih tulisan yang menarik untuk dibaca, akan tetapi saat ini rasanya aku akan meledak kalau tidak menulis sesuatu. Sejujurnya, saat ini, aku sedang merasa begitu sedih hingga rasanya kesedihan itu terus membuntutiku, menenggelamkanku dalam kubangan tanpa warna yang sesekali melibatkan air mata. Kalau kau bertanya mengapa aku bersedih, yah, aku punya banyak alasan mengenainya, dan mengingat bahwa saat ini bulan Februari dan cuaca masih sama muramnya seperti bulan Desember, aku nyaris yakin bahwa sepersepuluh penyebab kesedihanku adalah karena cuaca. Meskipun sejujurnya aku punya pikiran kecil bahwa aku memang sedang berusaha menyakinkan diriku sendiri bahwa semua ini memang karena cuaca. 

Sejauh ini aku selalu mengambil peranan seseorang yang baik-baik saja, meskipun aku tahu bahwa aku sedang tidak baik-baik saja. Yah, maksudku bukannya aku ingin mengeluh pada dunia atau apapun juga (meskipun yang kulakukan saat ini termasuk kategori mengeluh ), aku hanya tidak ingin melakukannya dengan cara yang sama jelasnya seperti bulan purnama yang muncul tiap pertengahan bulan. Aku ingin mengeluh dengan caraku sendiri, dengan menuliskannya lewat tulisan ini. 

Kau ingat perkatakaanku tentang menulis adalah memasukkan sebagian jiwamu ke dalamnya, bukan ? Rasanya saat ini jiwa yang sedang kumasukkan ke dalam tulisan ini tidak terlalu positif, bahkan kelewat banyak aura negatif. Asal kau tahu saja, menulis ini semua adalah satu-satunya cara mengekspresikan kesedihanku tanpa perlu banyak berbicara karena akhir-akhir ini, berbicara pun terasa menyedihkan dan menyakitkan bagiku. 

Di luar masih hujan ; mungkin akan hujan sepanjang malam. Kuharap kau mengerti dan memaafkanku karena memasukkan banyak unsur negatif ke dalam dirimu. Terima kasih sudah membaca catatanku ini dan yah, semoga malammu menyenangkan ! 

 

Depok, 12 Februari 2013

Leave a comment

Filed under self-story

perjalanan

Terkadang ada perjalanan yang harus kau lalui bersama-sama dengan orang lain, dan kebanyakan perjalanan-perjalanan itu berakhir menggembirakan karena yah kau dan teman seperjalananmu akan berakhir menjadi teman baik. Atau kalau kau sedang sial, kalian tidak akan menjadi teman baik, tapi setidaknya kalian akan saling membantu dalam perjalanan itu.

Akan tetapi, terkadang pula, ada beberapa jenis perjalanan yang memang harus kau lalui sendirian, meskipun aku yakin kau akan merasa ketakutan pada awalnya, tapi percayalah padaku bahwa ketakutan itu hanya bersifat sementara. Kau mungkin tidak sadar bahwa perjalanan-perjalanan itu akan mengubahmu, meski sedikit, tapi aku berani menjamin bahwa setidaknya perjalanan yang kau lalui sendirian itu akan menjadikanmu seseorang yang lebih berani. Bagaimanapun juga kau akan tahu bahwa ternyata kau benar-benar bisa bergantung pada dirimu sendiri dengan berbagai macam cara yang kau lakukan untuk mengatasi masalah-masalah di perjalananmu itu.

Aku tidak ingin berkata apa-apa lagi, tapi yah sekali lagi aku ingin berkata bahwa beberapa perjalanan membuatmu mendapatkan teman baik dan beberapa perjalanan memberimu keberanian serta kekuatan. Dengan kata lain, beberapa perjalanan membuatmu lebih dewasa dengan cara yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Surakarta, 7 Februari 2013

Leave a comment

February 7, 2013 · 11:57 am

gadis itu

Kau tahu, di suatu tempat, di belahan dunia ini yang bahkan aku yakin kau tidak tahu, ada seseorang yang menunggumu, terkadang sambil melakukan sesuatu, terkadang hanya berdiam diri, menajamkan telinga, berharap bahwa kalau dia menolehkan kepalanya yang cantik, dia akan melihatmu datang, barangkali berjalan kaki, ataupun syukurlah, jika kau membawa seekor kuda poni.

Aku sangat yakin bahwa gadis itu menunggu untuk ditemukan, bukannya menunggu untuk sebuah kesia-siaan. Gadis itu, dalam penantiannya yang panjang ketika sedang tidak melakukan apa-apa, membuka matanya lebar-lebar dan memastikan dirinya tidak berkedip, karena takut bahwa kalau dia menutup matanya, walaupun hanya sepersekian detik, dia akan kehilangan momen ketika kau berjalan menuju ke arahnya. Bagaimanapun juga, perjumpaan pertama memang sangat menakjubkan, bukan ?
Dalam penantiannya itu, gadis itu melakukan banyak hal, akan tetapi nyaris separo waktunya dihabiskannya dengan mengarang cerita, di dalam kepalanya, tentang bagaimana, ataupun kapan, kau akan muncul begitu saja di depannya. Dia adalah gadis yang baik dan mengarang cerita adalah sedikit hal yang bisa dilakukannya dengan sempurna, selain kesabarannya yang terkadang tampak tersia-sia.

Gadis itu hanya tersenyum, kebanyakan adalah campuran senyum muram dan pengharapan, akan tetapi ketika semua orang menanyakan keputusannya untuk menunggumu yang bahkan dia tidak tahu kau siapa, senyum pengharapan itu benar-benar mengisi ekspresi wajahnya, membuat semua orang hampir yakin bahwa yang sedang dilakukannya itu memang layak dilakukan, kendati ketika mereka sudah jauh dari gadis itu, pendapat mereka tak jarang berubah begitu saja. Dan mereka akan kembali menanyai gadis itu, mendapatkan jawaban yang sangat memuaskan, merasa teryakinkan, tapi toh semeter kemudian berubah pikiran. Gadis itu kembali tersenyum muram, entah bagaimana tahu bahwa terkadang sia-sia berusaha meyakinkan semua orang. Lagipula, bukankah begitulah dunia ? Semua orang memandang dan menghakimi, tapi hanya sedikit sekali yang benar-benar mengerti. Dan aku dengan bangga bisa menyebutkan bahwa gadis itu termasuk bagian orang yang sedikit itu.
Akan tetapi gadis itu berpendapat bahwa tidak ada salahnya mengatakan kepada semua orang bahwa menunggu memang layak untuk dilakukan, kendati bukan salahnya pula, kebanyakan orang akan berpendapat sebaliknya.

Ah ya, kau bertanya siapa gadis itu ? Gadis itu bisa siapa saja, bukan ? Sosok yang kau lihat setiap hari, seseorang yang setiap hari tertawa bersamamu, atau sosok yang benar-benar belum pernah kau temui karena garis takdir kalian belum cukup panjang untuk bersentuhan dan bersilangan.

Dan di mana gadis itu ? Bukankah tadi sudah kukatakan kalau gadis itu ada di suatu tempat, dan yakinlah bahwa dia memang benar-benar berada di suatu tempat.

Dan kapan dia datang ? Hei kau, bukankah sudah jelas, dia menunggumu, dia menanti untuk ditemukan dan pekerjaanmu lah untuk menemukan.

Dan mengapa dia menunggu ? Pertanyaan bagus. Kenapa tidak kau tanyakan padanya kalau kalian bertemu ? Kurasa dia akan memberimu jawaban bagus, jawaban yang sama seperti yang diberikannya pada semua orang, akan tetapi kalau kau sudah membaca ini semua dan ditambah sedikit keberuntungan, aku yakin kau akan mampu memahaminya. Bagaimanapun juga, gadis itu menunggumu, dan walanpun mungkin jawabannya pada awalnya terdengar aneh atau bahkan menggelikan, pada suatu saat yang tepat kau akan tahu bahwa karena itulah kalian bersama, dan karena itulah kau bisa menemukannya, dan karena itulah …. alasannya.

Sragen, 30 Januari 2013

Leave a comment

January 30, 2013 · 2:00 pm

aku dan sebuah energi gila

Terkadang aku dipenuhi energi-energi yang entah kudapat dari mana, atau bagaimana energi itu merasukiku, dan membuatku berpikir bahwa tidak ada hal yang tidak mungkin dan membuatku menertawakan ide tentang kemustahilan. Biasanya energi itu datang ketika aku melongok jendela dan mendapati matahari yang sudah berminggu-minggu tidak tampak batang hidungnya melayang santai di atas langit sana seolah sedang menikmati liburan.

Harus kuakui bahwa energi itu agak menakutkan, karena memberi efek yang cenderung agak nekat padaku dan membuatku bingung pada diriku sendiri, apakah benar-benar ada yang salah dengan otakku yang korslet atau memang yang sedang kupikirkan itu masuk akal.

Kau tahu, aku sedang memikirkanmu. Ya, aku memikirkanmu, tentang hubungan kita yang tidak pernah membaik bahkan setelah tahun-tahun berlalu, tentang pertanyaan tak terjawab apa yang salah denganku, dan tantang pikiran gila untuk mengambil handphone dan meneleponmu sekarang juga.

Aku tahu kalau aku melakukannya, kau akan terkena semacam serangan shock atau apa, mengingat bahkan kita sudah tak berbicara pada perjumpaan terakhir kita. Dan mengingat terakhir kali kita berjumpa nyaris 2 tahun yang lalu, aku merasakan campuran perasaan heran, aneh, dan sedih di dalam diriku.

Fakta bahwa aku masih memikirkanmu dengan cara seperti ini, berarti banyak untukku. Aku tidak tahu lagi harus mengagumi diriku sendiri untuk ingatan yang sangat lama atau mengasihani sedikit potongan hati di dalam diriku yang rupanya sama sekali tidak berubah. Mengherankan, karena ketika aku memeriksanya, sedikit bagian di hatiku itu, jantungku masih berdetak dengan lebih cepat dan aku tidak berpura bahwa tanganku benar-benar terasa lebih dingin.

Singkatnya, aku menyukaimu, atau entahlah, jika kata itu tidak berarti apa-apa saking seringnya aku mengatakannya, aku tidak tahu lagi harus mendefinisikan ini apa.

Dan kalau kau bertanya-tanya bagaimana semua ini terjadi, atau bagaimana aku masih memilikinya, kurasa aku harus menggeleng keras-keras untuk pertanyaan itu. Aku tak tahu jawabannya. Yang kutahu adalah urusan macam begini benar-benar bukan bidangku dan aku tidak pandai dalam mengurusinya.

Aku hanya tahu bahwa tentang kita sudah salah sejak awal mula, akan tetapi energi gila dalam diriku yang sudah kusebutkan tadi masih menyemangatiku dengan pertanyaan yang sama : sebenarnya salahku apa?

Dan yah, aku tidak tahu, aku tidak mengerti, akan tetapi yang jelas aku tahu bahwa urusan kita benar-benar belum selesai. Dan kalau aku bertemu denganmu lagi, di mana kita sama-sama tidak mengira bahwa hari itu kita akan berjumpa, yah, setidaknya bisakah kau tersenyum padaku ? Di atas semuanya, aku sangat merindukan senyummu dan bertanya sendiri dalam hati bagaimana aku tidak pernah lupa senyummu yang benar-benar mempesona.

Sragen, 21 Januari 2013

Leave a comment

January 21, 2013 · 5:38 am

bagaimana

Bagaimana, kalau pada akhirnya, setelah bertahun-tahun mencoba, kau terpaksa menyerah, kau terpaksa mengaku dan berkata pada dirimu sendiri bahwa usahamu sia-sia ? Bahwa usaha kerasmu untuk melupakan senyum seseorang selalu berakhir dengan kau yang malah mengenang warna matanya ? Atau usaha kerasmu untuk melupakan caranya memanggil namamu, akan tetapi malah berakhir dengan kau yang berkhayal bahwa jauh di masa mendatang, dia akan sekali lagi memanggilmu, mengatakan bahwa dia mencintaimu, dan ….. memintamu untuk jadi istrinya ?

Bagaimana, kalau pada akhirnya, setelah berkali-kali mencoba dan selalu saja gagal pada tahap kau yang ingin menghapus nomor teleponnya, berharap dengan begitu kau akan bisa menghapus namanya dari hatimu, akan tetapi, neuron-neuron di otakmu menggeleng tidak setuju ? Bagaimana kalau setelah kau menghapusnya, kau malah menemukan dirimu sendiri mengenang bagaimana kalian berjumpa, dan bagaimana usahamu yang bersusah payah untuk mendapatkan nomornya, yang tidak pernah kau gunakan karena kau terlalu takut hanya untuk sekedar mengirim pesan salam pembuka percakapan ? Bagaimana, kalau pada akhirnya, kau tidak akan bisa menipu dirimu sendiri dengan kebohongan menggelikan tentang kau telah menghapus nomornya dan semacamnya, karena beberapa menit kemudian kau menulis ulang nomornya di handphonemu, sama persis seperti sebelum kau menghapusnya, lengkap dengan titik komanya. Lagipula, kau tahu bahwa kau tidak akan pernah melupakannya, bukan ?

Bagaimana, kalau pada akhirnya, kau akan duduk di depan seorang laki-laki yang memintamu menjadi istrinya dengan cara paling romantis yang bisa kau bayangkan, akan tetapi yang ada di dalam kepalamu adalah perandaian penuh tanya bagaimana jika dia yang melakukannya ? Bagaimana jika dia yang berlutut di hadapanmu seraya mengulurkan cincin di tangan kanannya, sementara ada segebung bunga favoritmu di tangan kirinya ?

Bagaimana, kalau pada akhirnya, ketika kau memikirkan ini semua, kau akan membayangkan rasanya dan tahu bahwa kau tidak akan mampu menanggungnya ? Bagaimana, kalau pada akhirnya, kau menyadari satu hal : tidak akan pernah ada untungnya menjadi penggemar rahasia. Bagaimana, kalau pada akhirnya, kau mengambil handphonemu dari atas meja dan mulai mengetikkan sesuatu dan dengan tangan gemetar mengirimkannya, padanya ?

Sragen, 20 Januari 2013

Leave a comment

January 20, 2013 · 3:18 pm

andai

Andai kita bisa saling jatuh cinta, seperti bunga forget-me-not yang selalu bergembira ketika musim panas tiba, atau mungkin sesederhana dengungan lebah ketika berjumpa dengan gerumbulan bunga. Kau tahu itu bukan, seperti itulah, sederhana saja, tanpa ada mantra atau guna-guna, dan tentu saja tanpa ada air mata, kecuali air mata orang-orang di sekeliling kita ketika kita saling memandang bahagia dan saling berkata “ya”.

Andai kita bisa semudah itu melakukannya, seperti semut yang entah bagaimana selalui membaui gula, atau bunga matahari yang selalu berayun ke arah senja. Tidak perlu ada basa-basi yang tak perlu, tidak ada percakapan-percakapan tak bermakna, hanya ada kita, kau dan aku, yang
tiba-tiba saja saling jatuh cinta.

Andai semua yang kuandai-andaikan itu nyata, seperti aku yang tiba-tiba bergaun Cinderella, langsung tahu bahwa aku akan hidup bahagia selamanya bersama pangeran yang mempesona. Andai segalanya yang kuimpikan itu tidak kabur, bahkan terlihat semakin tegas, seperti semacam teka-teki yang langsung terselesaikan begitu saja. Akan tetapi, masalahnya kau, bagiku, adalah teka-teka yang tidak terselesaikan, seperti mengapa aku terus bertanya-tanya kita tidak pernah saling jatuh cinta, sementara aku jatuh cinta, padamu, sendirian ?

Sragen, 20 Januari 2013

Leave a comment

January 20, 2013 · 3:10 am