Monthly Archives: April 2013

selamat pagi

Aku ingin menyapa,

Kau ingin juga,

tapi akhirnya tidak ada yang melakukannya.

 

Aku ingin bicara,

Tapi kau enggan mendengarnya,

Ah, seolah kita saling mengenal saja.

 

Aku di sini,

Sibuk bergumul dengan hari-hari,

Tentu saja kau tak mengerti.

 

Karena kau di sana,

Sibuk dengan apapun juga,

sesuatu yang tentu membuatmu bahagia,

tapi aku tak tahu apa.

 

Kita dua orang asing,

mencoba berbicara dengan benak masing-masing,

pada akhirnya hanya tercipta hening.

 

Aku ingin mengucap selamat pagi,

Kau ingin memulai hari,

Ada saja yang membuatku enggan berbasa-basi.

 

Selamanya, apakah akan seperti ini ?

Dua orang asing, saling ragu-ragu dalam berbagi hari ?

 

Karena jika aku yang memulainya,

apakah kau akan membalas salam yang sama ?

 

Depok, 29 April 2013

Leave a comment

Filed under Uncategorized

catatan 9

Banyak dari kita punya banyak harapan. Ada yang besar, ada yang sederhana, ada harapan sepanjang hidup, ada harapan beberapa tahun mendatang, ada pula harapan yang yah, untuk satu jam dari sekarang. Sebenarnya tidak peduli bagaimana bentuk harapanmu itu, akan tetapi yang paling penting adalah kau masih memilikinya, kau tahu.

Dalam berbagai hal, harapan-harapan itu akan menguatkanmu, membuatmu tahu bahwa setidaknya kau punya satu hal yang dapat dijadikan pegangan, karena yah entah bagaimana memiliki harapan benar-benar menyumbang (meskipun sedikit) pada tingkat ketegaranmu dalam menghadapi situasi yang kadang tidak dapat kau kendalikan. Dalam banyak hal, situasi itu buruk, dan mungkin, menyedihkan.

Berbicara mengenai harapan dan situasi yang menyedihkan, percayalah, aku benar-benar menguasainya. Setidaknya untuk saat ini.

Sejujurnya aku enggan menulis ini semua, bahwa aku sedang dalam kondisi yang nyaris berada di bawah, dengan fakta tak terelakkan yang ada di depanku dan harapan yang entah mengapa perlahan dengan tega meninggalkanku, akan tetapi, seperti beberapa kejadian lalu, aku menulis ini semua dengan alasan. Dan untuk kali ini, aku menulis ini dan berharap bahwa harapan yang dulu kumiliki setidaknya akan berbalik, kembali, dan berteman lagi denganku.

Memiliki sedikit harapan, bahkan nyaris tidak memilikinya sama sekali, terasa sangat menakutkan, kau tahu. Kau hanya bisa duduk sendiri, merenungi harapanmu yang terasa semakin mengecil nyaris memudar, dan tahu bahwa di suatu tempat di depan sana, entah kapan, realita akan menghantammu dengan telak, kemudian menginjak dan melumatmu dengan fakta-fakta tak terbantahkan. Untuk kasus ini, fakta-fakta itu hanya berarti sebagai sesuatu yang buruk dan menyedihkan.

Alih-alih menulis ini semua, aku tahu bahwa seharusnya aku melakukan hal-hal yang dapat lebih meningkatkan harapanku, mendengarkan musik, misalnya, akan tetapi percayalah, aku sudah melakukannya. Hal-hal yang kau sebut bisa membangkitkan harapan itu. Tapi hasilnya sama besarnya seperti telur semut, jadi aku kembali pada satu-satunya hal yang bisa membuatku sedikit gembira : menulis ini semua.

Maafkan aku jika membaca tulisan yang lebih bisa dikatakan sebagai keluhan ini mempengaruhimu dengan berbagai cara, misal membuatmu merasa sedih dan semacamnya, kau tahu bahwa aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya ingin merasionalkan perasaanku.

Jadi begitulah, jika saat ini kau masih punya harapan, sesedikit apapun itu, kau harus bersyukur. Setidaknya kau masih memilikinya, karena di luar sana, ada seseorang yang dengan putus asa mencarinya. Sayangnya, gadis itu masih belum menemukannya.

 

Depok, 28 April 2013

Leave a comment

Filed under Uncategorized

selamat pagi, permulaan Juli

Morning_Glory_Dew_by_Silver_Moon_95

Selamat pagi, permulaan Juli. Seperti sesemakan rosemary yang berdansa dengan matahari, seperti itulah kau pagi ini. Terang, diam, sedikit berangin, tapi tahu bahwa hari tidak akan pernah lebih baik dari hari ini, kecuali kau mengategorikan matahari yang bersinar kelewat panas dari hari-hari sebelumnya sebagai semacam kekurangan. Ah, akan tetapi, kekurangan hari ini bisa dikategorikan sebagai kekurangan yang menyenangkan, bukan ? Dan tentu saja, permulaan Juli, tolong berikan salamku kepada temanmu akhir Desember dan permulaan Januari : kudengar mereka sedikit merindukan matahari ?

Selamat pagi, permulaan Juli, beberapa hari nanti akan menjadi hari yang dinanti, dinanti oleh gerumbulan mawar yang bersiap mekar, dinanti oleh ringikan kuda yang ingin berlari melewati semak dan padang, dinanti oleh gerombolan lumba-lumba yang mencari pasangan, dan tentu saja, dinanti olehku, yang sedang menghitung mundur waktu, menambahkan beberapa detik, dan voila, tentu saja, akan menjadi hari yang luar biasa.

Selamat pagi, permulaan Juli, maukah kau mengucapkan selamat untukku ? Dan jika kau setuju dan memberiku ucapan selamat yang cukup spektakuler misal angin yang tiba-tiba berhenti di waktu yang tepat, tepat pada saat aku bersiap melempar buket bungaku, aku berjanji bahwa aku akan melemparkannya untukmu. Selanjutnya terserah padamu, apakah buket bunga itu akan jatuh pada sepasang tangan lain yang terulur rindu ataukah rumput hijau lebih suka menangkapnya dulu.

Selamat pagi, permulaan Juli. Kurasa ini terakhir kalinya aku menyapamu sebagai diriku saat ini. Yah, kau tahu, aku berharap setahun lagi aku menyapamu sebagai orang yang berbeda, orang yang memakai nama orang lain dengan bangga, orang yang memiliki senyum paling lebar yang pernah ada, dan tentu saja, orang yang akan memperkenalkanmu pada pengagum permulaan Juli lain, sepertiku.

Selamat pagi, permulaan Juli. Kuucapkan salam untukmu, diiringi aroma rosemary di sekitar wajahku. Jadi kuasumsikan kalian memiliki waktu yang menyenangkan bersama. Jangan lupa berikan salamku pada temanmu yang lain, pertengahan Juli. Tolong katakan padanya, apabila waktunya tiba, tentu saja aku akan menyapa dan mengucapkan salam padanya dengan memesona.

Depok, 21 April 2013

Leave a comment

Filed under story

si penasihat kelinci

Pada awalnya kau bertanya-tanya,

menggunakan banyak kata tanya “mengapa”.

Tapi pada akhirnya kau mengerti juga,

bahwa jawaban satu pertanyaan tidak selalu muncul saat itu juga.

 

Kau banyak berjalan,

menyapa semua orang di sekelilingmu dengan senyuman.

Mengomentari ini itu, membuat semua orang tidak lagi merasa kesepian.

Kau bahkan memuji matahari yang malu-malu bermain bersama hujan.

 

Kau mempercepat langkah,

berpendapat bahwa tidak seharusnya seseorang merasa gundah.

Karena seperti kata ibumu “bukankah dunia ini indah ? “

 

Hari ini kau berlari.

ingin menghibur seseorang yang sedang bersedih hati.

Seorang gadis kecil yang mati-matian menginginkan seekor kelinci.

Hanya saja ibu berpendapat kelinci lebih enak dijadikan menu makan malam nanti.

Oh ya, tentu saja jadilah gadis itu menangis menyayat hati.

 

Kau mendekatinya.

Gadis itu maksudku, bukan ibunya.

Kau ulurkan tanganmu padanya,

si gadis kecil membelalakkan mata,

memandang tangan kosongmu yang tidak ada apa-apa.

Kemudian si gadis kecil semakin merasa merana.

 

Kemudian kau tertawa,

berkata bahwa semua hal di dunia diciptakan sesuai perannya.

Misalnya kau diciptakan sebagai seorang pria,

maka tugasmu adalah membuat wanita tertawa.

Apabila kau adalah seorang orangtua,

maka tugasmu adalah melindungi keluarga.

Dan begitu tugas si kelinci juga.

Tugasnya adalah membuat manusia gembira.

Maka si kelinci berperan sebagai piaraan ataupun diambil dagingnya.

Si gadis kecil hanya ternganga,

tidak yakin pada apa yang didengarnya.

Kemudian kau berlalu begitu saja,

meninggalkan si gadis kecil di tempat yang sama.

Hanya saja kali ini tanpa melibatkan air mata.

 

Kau berlari dan semakin berlari,

tiba-tiba merasa kesepian dan seorang diri,

Kemudian kau mulai menyadari,

bahwa kau tidak lagi merasa menyukai pelangi.

 

Dan kau sadar bahwa selama ini kau hanya berjalan dan berlari,

ke sana ke mari tanpa tahu tujuan yang pasti.

Dan saat ini, kau hanya sedang mencari,

mencari siapa sebenarnya dirimu ini,

dan tentu saja siapa yang harus kau hibur di perjalanan ini.

 

Ah kalau kau bertanya padaku,

siapa sebenarnya dirimu ?

Aku juga tidak tahu.

Lagipula bukankah itu seharusnya yang kau tuju ?

Mencari jati dirimu ?

 

Akan tetapi suatu hari nanti,

kalau kau sudah yakin pada dirimu sendiri,

aku hanya berharap kita bisa berjumpa lagi,

seperti ketika kau menasihatiku tentang hakikat kelinci.

 

Depok, 18 April 2013

 

 

 

Leave a comment

Filed under poem

pretending

Hari masih sangat pagi ketika aku mengetuk, separo mengggedor, pintu apartemenmu. Bahkan membutuhkan ketukan lima ketukan ekstra daripada biasanya untuk membuat secercah cahaya yang aku yakin berasal dari lampu di samping tempat tidurmu untuk memancar keluar dari gorden jendelamu yang sedikit terbuka. Aku tahu bahwa di dalam sana kau pasti sedang mengumpat habis-habisan dengan kosakata yang pasti akan membuat ayahmu terkena serangan jantung pada detik pertama. Sedetik kemudian aku mendengarmu menyumpahi kakekmu ketika aku menambahkan satu gedoran ekstra di pintumu. Aku meringis. Ah, aku terlalu mengenalmu. 

Beberapa menit kemudian kau muncul di depan pintu dengan rambut awut-awutan dan mata yang masih setengah terpejam. Memicingkan mata dan berusaha membuka matamu lebar-lebar, kau terlihat berusaha sangat keras untuk mencerna situasi apa yang sedang berada di depan pintu apartemenmu. Beberapa detik kemudian yang terasa seperti sejuta tahun lamanya, kau mulai tampak fokus dan memandangku dengan tatapan bertanya. Melihat betapa luar biasa tenangnya sikapmu saat itu, terlepas pada fakta bahwa ada sedikit air liur di pipi kananmu, setiap orang pasti akan menyangka bahwa setiap hari kau menghadapi situasi semacam ini. Maksudku, orang gila mana sih yang menggedor pintu apartemen orang lain pada pukul 4 pagi dan berharap si tuan rumah akan menyambutnya dengan cerah ceria ? Sejujurnya meskipun ekspresimu tidak bisa dibilang cerah, harus kuakui bahwa tidak mungkin aku mengharapkan sambutan yang lebih meriah daripada ini, mengingat reputasimu sebagai seorang pecinta tempat tidur dan sebagainya. 

” Kopi, ” tawarku, mengulurkan segelas karton padamu. Aku membelinya beberapa saat yang lalu di rest area, teringat bahwa selain tempat tidur, kopi adalah cinta sejatimu. 

Menghirup aroma kopi yang menguar, kau terlihat semakin waspada. Mata coklatmu membulat, bergantian memandangku dan si kopi yang masih terus mengeluarkan bau menyenangkan, mengimbangi bau alkohol basi dari tempat sampah di apartemen sebelah. 

Tangan kananmu segera menerima kopi yang kuulurkan. ” Tunggu, apa yang ka..kaa..kaau lakukan di sini ? ” tanyamu, gagal menahan kuapmu. 

” Setidaknya biarkan aku masuk. Perjalananku tidak terlalu menyenangkan, tahu. Belum lagi ditambah ada bapak-bapak kurang ajar yang berusaha merayuku ketika aku sedang berusaha mengecangkan seatbelt-ku. ” 

” Kurasa ada yang salah dengan mata bapak itu. Saat ini kau sama sekali tidak terlihat menarik. ” komentarmu, sedikit menyingkir untuk membiarkanku masuk.

” Jadi selama ini kau menganggapku cantik ? ” jawabku, duduk di sofa, satu-satunya area yang bisa diduduki karena apartemenmu saat ini lebih mirip seperti rumah orang gila yang sedang berusaha memasak daripada apartemen seorang mahasiswa Columbia University. 

” Oh astaga, Daph, jangan bilang kalimatku itu membuatmu tersanjung ? Kau tahu, aku sudah kehilangan keinginan untuk menciummu sejak aku melihatmu tumbuh gigi. ” katamu separo tertawa, kemudian tersedak kopi yang sedang kau minum. 

” Kurasa itu balasan setimpal. ” kataku, mengamati kau terbatuk-batuk sambil menyemburkan campuran kopi dan air liur ke mana-mana. ” Berita bagusnya, aku tahu bahwa sebentar lagi kau akan mandi. ” 

Kau terperangah. ” Kau gila, menyuruhku mandi pukul 4 pagi. ” 

” Kurasa kau harus. Ibumu mengharapkanmu ada di rumah siang nanti. Ngomong-ngomong, kenapa kau menolak mengangkat telepon dari ibumu dan membuatku bersusah payang terbang ke sini ? ” 

” Well, bukan urusanmu. ” katamu pendek. 

” Kalau begitu kau benar-benar akan terlibat masalah besar. Ingat Ashley, pacarmu waktu SMA ? Kemarin dia datang ke rumahmu dan memintamu untuk menikahinya. ” kataku kalem. 

” Terima kasih kopinya, tapi aku tidak akan terpengaruh oleh leluconmu. Mengapa aku harus menikahi gadis konyol itu ? ” 

” Yah, karena kau menghamilinya. ” 

Kau tersedak kopimu lagi. Sementara aku mengambil handphone-ku dan mengeceknya, dari ekor mataku aku melihat kali ini kau mengosongkan satu gelas karton kopi dan menyemburkannya ke segala arah, termasuk ke seperangkat stereomu yang baru, 

 

to be continued 

 

Depok, 13 April 2013

 

Leave a comment

Filed under Uncategorized

hujan di mana-mana

Sore ini hujan lagi, 

sepertti beberapa hari ini. 

Terus saja hujan sepanjang hari, 

seakan langit sedang menangisi pelangi. 

 

Ada kubangan di mana-mana. 

Di sini, di sana, sama saja. 

Hujan turun tiba-tiba, 

seperti singa menyergap mangsanya. 

 

Di mana pelangi ? 

Oh dia tidak ada di sini. 

Mengapa hujan turun sepanjang hari ? 

Mungkin karena pelangi ingin ditangisi. 

 

Jadi mengapa hujan di mana-mana ? 

Mungkin karena bumi merindukannya. 

Dan mengapa aku tidak merasa bahagia ? 

Karena hujan ada di mana-mana. 

 

Hujan turun di mana-mana. 

Turun di sini, turun di sana. 

Turun di depan rumahku juga. 

Bercampur dengan si kodok yang sibuk tertawa. 

 

Hujan turun di mana-mana. 

Membasahi ujung jendela. 

Membasahi pintu kaca. 

Yang jelas hujan di mana-mana,

 membanjiri hatiku juga.

Yang merana.karena ada hujan di mana-mana. 

 

Depok, 10 April 2013

Leave a comment

Filed under poem

catatan 8

Bagaimana harimu ? Sejauh ini hariku berlalu dengan biasa saja, bahkan bisa dikategorikan dengan kata membosankan apabila mengatakannya membuatku tidak terlihat seperti orang yang tidak bersyukur. Tentu saja aku bersyukur, aku mensyukuri hari-hari yang kulalui, saat aku bangun tepat pukul lima dan gelisah menghadapi banyak hal pada jam-jam berikutnya. Kau tahu, hidupku adalah kereta membosankan dengan penumpang yang serupa, dengan selingan kabar baik dan kabar yang tidak terlalu menyenangkan di setiap pemberhentiannya. 

Oke, kedengarannya aku memang tidak bersyukur, tapi harus kuakui itu adalah hal yang sebenarnya. Akhir-akhir ini hidupku adalah kumpulan rutinitas membosankan yang lama kelamaan membuatku merasa seperti reminder yang sudah disetel pada jam apa melakukan apa. 

Entahlah saat ini aku hanya menginginkan semacam kejutan-kejutan kecil khas kehidupan, misal sekotak besar ayam favoritku yang dibeli ayahku untuk makan malam atau sepasang sepatu baru dari ibuku. 

Tentu saja saat ini hal itu rasanya sama mustahilnya seperti aku terbang ke bulan, mengingat waktu, jarak, dan sebagainya. Aku tahu bahwa aku sudah dewasa, karena bahkan semua keputusan ada di tanganku, dari menu makan malam sampai ukuran sepatu. Kau tahu, terkadang aku hanya merindukan masa-masa ketika aku harus merayu ayahku untuk membelikan sesuatu, karena saat ini jika aku menginginkan sesuatu, rasionalku akan bekerja dan menyuruhku mengurangi pengeluaran dan menabungnya. Terlalu banyak rencana, huh ? 

Aku menulis ini semua bukan bermaksud apa-apa, hanya ingin bercerita mengenai hidupku yang terlalu teratur tanpa kejutan-kejutan kecil di dalamnya. Dan yah, terkadang aku bahkan merindukan perasaan ketika aku dimarahi oleh ibuku karena memecahkan vas bunga. 

 

Depok, 9 April 2013

Leave a comment

Filed under Uncategorized

doa

Kau pasti pernah berdoa, bukan ? Entah sendirian, entah bersama-sama, entah berdoa sebelum makan, entah berdoa sebelum memejamkan mata. Dan ya, berdoa adalah hal yang sering kau lakukan, karena dengan berdoa kau akan merasa tenteram, karena kau tahu bahwa di alam semesta raya ini ada yang benar-benar memperhatikanmu, mengerti tentangmu, bahkan detail terkecil di dalam dirimu, misal perasaan terdalammu. Kau tahu siapa ? Tentu saja Dia adalah Tuhanmu. 

Oke, di sini aku tidak ingin membahas masalah agama atau kepercayaan atau semacamnya. Itu hak asasimu, tentu saja. Aku ingin membahas fakta tak terbantahkan bahwa jika ada orang yang benar-benar mencintaimu dan peduli padamu, dia tidak perlu mengatakannya keras-keras. Orang itu hanya perlu membisikkan namamu dalam doanya, mengharapkan kau baik-baik saja, dan memohon pada Tuhan bahwa kau akan selalu sehat dan bahagia. 

Bukankah seperti itu adanya ? Kau peduli dan kau mencintai, maka kurasa kau tidak perlu mengatakannya keras-keras, hanya agar semua orang tahu fakta itu. Maksudku, yah, jika orang yang kau cintai memang memiliki separo bagian rusukmu, suatu hari nanti dia akan datang padamu, tidak terduga, tiba-tiba, tapi pada momen yang luar biasa. 

Yah, begitulah. Bukankah begitu ? Di dalam doamu, kau selalu menyebut namanya selain nama kedua orang tuamu, keluargamu, dan teman-temanmu, bukan ? Dan bukankah kau selalu mendoakannya agar selalu sehat dan bahagia ? 

 

Depok, 8 April 2013

Leave a comment

Filed under self-story

kelopak kuning daisy

Sebelumnya aku tidak pernah berpikir seperti ini. 
Aku tak mengira akan jatuh cinta setengah mati. 
Berharap pada kelopak kuning bunga daisy. 

Pada awalnya pagi yang biasa saja. 
Aku bangun dan memakai baju sekenanya. 
Di dapur ibuku sedang melelehkan mentega. 
Adikku sibuk dengan sepatu barunya. 

Aku sedang menikmati segelas susu, 
ketika ayahku muncul dari balik pintu. 
Di lengannya ada koran pagi itu. 
Kemudian diulurkannya sesuatu padaku. 

Aku tercengang menatapnya. 
Ayahku memberikan selembar kelopak bunga. 
Kuning,jadi aku tahu apa bunganya. 

Aku masih memandangi ayahku. 
Dijelaskannya bahwa kelopak itu diletakkannya di lingkaran inisial namaku. 
Ditulis dia atas tanah, kata ayahku. 

Aku bertanya-tanya tapi toh aku lupa juga. 
Saat itu musim semi dan bunga ada di mana-mana. 
Aku baru mengingatnya ketika menerimanya lagi keesokan harinya. 

Begitulah yang terjadi setiap hari. 
Kelopak daisy itu bertumpuk di dalam laci. 
Separo layu sedangkan yang lainnya mati. 
Kuhitung semua yang berjumlah tiga puluh satu hari. 

Aku suka berbaring telentang di malam hari. 
Tidak melakukan apa-apa,hanya menunggu agar malam cepat pergi. 
Asyik memikirkan siapa si cowok kelopak daisy. 

Aku tidak pernah tahu siapa yang meletakkannya. 
Aku menerima kelopak daisy setiap musim semi tiga tahun berikutnya. 
Pada tahun keempat aku mendapat berita duka. 
Ibuku meninggal dalam tidurnya. 
Saat itu musim gugur yang dicintainya. 
Jadi kurasa ibuku benar-benar bahagia. 

Pada musim semi selanjutnya, aku tidak pernah lagi mendapatkannya. 
Kelopak kuning daisy hilang begitu saja, sekeras apapun aku mencarinya. 

Jumat,23 Juli 2011

Leave a comment

Filed under poem, story

setidaknya aku (akan) selalu memiliki best man-ku

Lorong kampus di siang hari adalah salah satu tantangan menegangkan tersendiri karena ada banyak pasang sepatu yang bersileweran dan semacamnya. Kau tahu maksudku kan kalau kubilang hal itu bukan favoritku? Ditambah dengan fakta bahwa hari ini aku memakai sepatu pink ku,jenis yang tak akan kau pakai saat kau berada di college, apalagi pada tahun pertama saat semua orang masih memandangmu sebagai anak ingusan. 

Aku memandang ke sekeliling dan menemukan apa yang aku cari : Steven. 
Dia sedang sibuk menalikan sepatunya ketika aku mendekatinya. 
Dia mendongak dan tersenyum ketika melihatku. 

“Hai,Beth,” sapanya. 

“Hei.Aku lapar dan berharap ada sepiring besar sandwich tuna di depanku.” 

Dia tertawa,mengulurkan sebuah kotak padaku. 

“Aku membelinya sebelum ke sini.Aku tahu kau menyukainya.” 

“Kau mengenaliku dengan baik,dude.” sahutku,tersenyum. 

“Kalau begitu katakan sekali lagi,siapa best man mu?” tanyanya. 

“Yang jelas bukan cowok di depanku.” kataku,meninjunya lengannya,tertawa. 

“Aku memang tidak berada di depanmu.Aku berada di hatimu.” katanya,tersenyum. 

“Dalam mimpimu,” sahutku cepat dengan suara yang bergetar. 

Dia tertawa lagi.Tawanya sangat menyenangkan, jenis tawa yang akan membuatmu ikut tertawa. 

Secara keseluruhan, aku sangat menyukai Steven, terlepas dari fakta bahwa dia adalah sahabat terbaikku. Aku rasa dia menyukaiku, dalam artian yang berbeda.A ku tidak pernah memberitahu Steve tentang hal-hal seperti ini karena menurutku berteman dengannya lebih menyenangkan daripada menjadi ceweknya. 

Steve adalah cowok yang baik. Aku tahu semua cewek menyukainya,dan aku cukup beruntung untuk menjadi sahabatnya. Aku membatin,siapa cewek yang lebih beruntung yang akan menjadi ceweknya? 

“Beth,” panggil Steve pelan. 

” Ya?” aku berhenti mengunyah,memandangnya dengan tatapan penuh tanda tanya. 

“Aku ingin kau menjadi orang pertama yg mengetahuinya.” desahnya. 

“Ada masalah,steve? ” 

“Well,sebenarnya bukan masalah.Jadi masalah kalau nanti sore aku harus mengajak Laurent membeli es krim coklat kacang dan berkata padanya bahwa aku menyukainya.” katanya gugup. 

“Well kau harus memberitahunya bahwa es krim coklat kacang juga favoritmu.” saranku, berusaha tersenyum. 

“Tapi aku membencinya. Kau tahu vanilla favoritku.” katanya,terperangah. 

“Percaya saja padaku,dude.” kali ini aku tersenyum tulus. 

“Trims,Beth,” dia beranjak pergi,melambai. 

Well, begitulah. Sahabatku menyukai orang lain dan aku mendukungnya. Akhir yang sempurna untuk cerita yang sempurna. 

Aku menyeret sepatu pink ku pergi. Kau tahu, mungkin saja saat ini aku merasa sedikit sedih, tapi setidaknya aku tahu bahwa aku akan selalu memiliki best man-ku. 

 

Depok, 28 Oktober 2010

Leave a comment

Filed under story