Pada awalnya kau bertanya-tanya,
menggunakan banyak kata tanya “mengapa”.
Tapi pada akhirnya kau mengerti juga,
bahwa jawaban satu pertanyaan tidak selalu muncul saat itu juga.
Kau banyak berjalan,
menyapa semua orang di sekelilingmu dengan senyuman.
Mengomentari ini itu, membuat semua orang tidak lagi merasa kesepian.
Kau bahkan memuji matahari yang malu-malu bermain bersama hujan.
Kau mempercepat langkah,
berpendapat bahwa tidak seharusnya seseorang merasa gundah.
Karena seperti kata ibumu “bukankah dunia ini indah ? “
Hari ini kau berlari.
ingin menghibur seseorang yang sedang bersedih hati.
Seorang gadis kecil yang mati-matian menginginkan seekor kelinci.
Hanya saja ibu berpendapat kelinci lebih enak dijadikan menu makan malam nanti.
Oh ya, tentu saja jadilah gadis itu menangis menyayat hati.
Kau mendekatinya.
Gadis itu maksudku, bukan ibunya.
Kau ulurkan tanganmu padanya,
si gadis kecil membelalakkan mata,
memandang tangan kosongmu yang tidak ada apa-apa.
Kemudian si gadis kecil semakin merasa merana.
Kemudian kau tertawa,
berkata bahwa semua hal di dunia diciptakan sesuai perannya.
Misalnya kau diciptakan sebagai seorang pria,
maka tugasmu adalah membuat wanita tertawa.
Apabila kau adalah seorang orangtua,
maka tugasmu adalah melindungi keluarga.
Dan begitu tugas si kelinci juga.
Tugasnya adalah membuat manusia gembira.
Maka si kelinci berperan sebagai piaraan ataupun diambil dagingnya.
Si gadis kecil hanya ternganga,
tidak yakin pada apa yang didengarnya.
Kemudian kau berlalu begitu saja,
meninggalkan si gadis kecil di tempat yang sama.
Hanya saja kali ini tanpa melibatkan air mata.
Kau berlari dan semakin berlari,
tiba-tiba merasa kesepian dan seorang diri,
Kemudian kau mulai menyadari,
bahwa kau tidak lagi merasa menyukai pelangi.
Dan kau sadar bahwa selama ini kau hanya berjalan dan berlari,
ke sana ke mari tanpa tahu tujuan yang pasti.
Dan saat ini, kau hanya sedang mencari,
mencari siapa sebenarnya dirimu ini,
dan tentu saja siapa yang harus kau hibur di perjalanan ini.
Ah kalau kau bertanya padaku,
siapa sebenarnya dirimu ?
Aku juga tidak tahu.
Lagipula bukankah itu seharusnya yang kau tuju ?
Mencari jati dirimu ?
Akan tetapi suatu hari nanti,
kalau kau sudah yakin pada dirimu sendiri,
aku hanya berharap kita bisa berjumpa lagi,
seperti ketika kau menasihatiku tentang hakikat kelinci.
Depok, 18 April 2013